Rabu, 30 Agustus 2017

Najibul Mahbub dalam Kita Dijajah Lagi : Kita dijajah handphone




Najibul Mahbub
Kita dijajah handphone

Kita dijajah lagi
Sejak telpon kabel
Beralih menjadi handphone
aplikasi sosial media berseliweran
Dalam celana
Gerah, memenuhi otak
Hingga keluar dari mulut jahat
Dan tangan jahil
Semua mengumpat
Saling benci
Beraksi mengerah massa
Mencibir pemerintah sah
Menggerogoti pijakan ibu Pertiwi
Semua benar
Merasa hanya pada miliknya
Atau sekelompok saja

Ah....Handphone
Bukan lagi media komunikasi semata
Tapi bahan pengerahan massa
Juga makar bersama
Ia bergema menjadi
Penjajah tak berbentuk
Mencuci otak hingga terkotak-kotak
Hingga jihad menjadi rencana
Mati sia dikata mulia

Ah....Kita termakan handphone
Mengunyah dengan sembarang
Meminum tanpa mengecek
Menguap tanpa difilter
Hoax dan bully menjadi tradisi

Negeri ini semakin ngeri
Handphone menjadi pijakan
Mendiri negara
Menjadi tujuan utama

Handphone memborbardir
Halaman-halaman media
Iklan-iklan susu, bh, dan permen lima ratusan
Semua berseliweran
Via WhatsApp, Facebook, Twitter
Instagram,
juga telegram yang dilarang
Media Menembaki otak
Mendoktrin konsumerisme warga
Memborong sandang pangan
Memunculkan sekat-sekat masyarakat
Dan kini menjadi Mak comblang di dunia Maya

Pekalongan, 29 Agustus 2017

M.Sapto Yuwono dalam Kita Dijajah Lagi BUKAN MENAGIH JANJI (Mengapa mereka berjualan di trotoar)



M.Sapto Yuwono

BUKAN MENAGIH JANJI
(Mengapa mereka berjualan di trotoar)

Hanya ada itu tempatnya
Tanah luas gedung tinggi
Tak cukup baginya memiliki
Negriku luas

Tak cukup bagi kami
Cuma etalase 1 x 1 m
Mereka tak butuh kami
Hati ini telah di jajah
Negeri kami luntur

Sosok kami butuh sesuap nasi
Bukan menagih  janji

Muara Bungo 30 Agustus 2017

M.Sapto Yuwono

Lahir 47 th yang lalu di Muara Bungo-Jambi
Aktif di Komunitas Seniman.Bungo
Bekerja sebagai petani biasa



Senin, 28 Agustus 2017

Sri Budiyanti dalam Kita Dijajah Lagi : Sajak Indonesiaku





Sri Budi yanti

SAJAK INDONESIAKU

Dibawah langit Indonesiaku
Semua hanya berdiri terpaku
Memandang keserakahan
Dibawah deru kerasnya zaman
Semua hanya bisa diam
Seperti bayi yang dinina bobokkan

Hidup di negeri sendiri
Serasa “hidup segan mati tak mau”
Yang ada hanya janji-janji melulu
Katanya globalisasi
Katanya modernisasi
Tapi tetap saja politisi

Yang kaya semakin kaya
Yang miskin semakin miskin
Yang benar disalahkan
Yang salah dibenarkan
Koruptor semakin tersohor
Rakyat semakin melarat
Apa tetap masih diam saja?
Dan berkata “aku bisa apa?”

Lihatlah….
Politik menggelitik asyik
Huru-hara merajalela
Sendi-sendi agama runtuh begitu saja
Kriminalitas meningkat tajam
Sejarah mulai terlupakan
Moral mulai terabaikan

Janganlah kita menyerah
Janganlah kita lengah
Sekali menyerah kita kalah
Sekali lengah kita dijajah
Mari kita berjuang
Untuk Indonesia tumpah darah kita
Mari kita berjuanng
Demi tegaknya Pancasila
Dengan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”
Kita pasti bisa
 Demak, 28 Agustus 2017

SRI BUDIYANTI, lahir di kota Demak yang dijuluki sebagai kota wali pada tanggal 21 Februari 1990. Tinggal di sebuah Desa Sidomulyo Dukuh Krasak RT.10 Rw.01  Kecamatan Dempet Kabupaten Demak Jawa Tengah. Sarjana Pendidikan Sekolah Dasar. Sehari-harinya mengajar di

Mast Oim dalam Kita Dijajah Lagi : Perahu Daun Bambu






Mast Oim (Miftahur Rohim)

PERAHU DAUN BAMBU

Pe-ra-hu daun bambu
Hijau redup berselancar mengikuti gerak derasnya arus
Sesederhana bentuk dan bahan pembalutmu
Perahu daun bambu
Anak-anak riuh menghantar engkau
Meraih ujung kemudi kali kecil
Di perbatasan sebuah desa lereng gunung mboja
Anak-anak rindu main di kali
Bersama air jernih tanpa basa-basi
Mencerdaskan negeri
Yang dulu diincar kaum kompeni
Para ibu menggendong kayu jati
Dibarter dengan beras tanpa upeti
Pulang berbahagia
Walau tanpa mengharap kantong terisi
Ibu, aku rindu
Tanahmu yang dulu pernah damai
Setelah sekian lama dijarah
Kini kembali seperti dahulu
Hidup dibawah intimidasi
Banyak topeng berisi
Kedzaliman, keangkuhan, ketidakadilan
Hingga penindasan
Pati, 28 Agustus 2017

Mast Oim (Miftahur Rohim), seseorang yang kebetulan suka sastra yang kurang nyastra. Tinggal di Pati. Keseharian sebagai penjual kopi. Pegiat di KKEm (Komunitas Kopi Emperan).