Minggu, 20 Agustus 2017

Thomas Haryanto Soekiran dalam Kita Dijajah Lagi : Tumbal Tinombala



  Tumbal Tinombala

               Apa yang diperjuangkan hingga lari kehutan. Terjepit gunung
menyelinat takut ketangkap. Lalu apa yang mesti dipertahan
kan sampasampai takut tembakan. Kisahnya sampai kemana
mana tapi desah nafas tersengal. Kanapa bersembnyi dibelan
               tara padaal balatentara menyuarakan siap menghayal. Siap ja
di calon pengantin. Siap mengajal. Siap ketemu Tuhan. Bidada
ribidadari akan menyambut. Bahkan 40 bidadari siap menyam
but mengiringi kematian.Kematian yang ternyata hanya dimata
               senapan. Apa yang diperjuangkan hingga sangat berani dengan
sang kuasa. Berani pada Tuhan. Tapi takut pada senapan. Takut
dengan tuan. Takut dengan juragan. Tak usah berani kalau punya
nyali.Jangan paksa berani kalau memang bukan lelaki.Sebab hanya
               hanya lelaki yang berani melindungi. Hanya lelaki yang berani hada
pi tanpa sembunyisembunyi. Suara tifa ditengah rimba membuka ta
bir. Membawa senjata tapi takut senjata. Menciptakan suara tapi di
buru suara juga. Suara seruling hanyutkan hening. Darah blingsatan
               dikejar setan. Hidup tak menjadi lunak pada kehidupan. Hidup tak
menjadi bijak pada kehidupan. Buat apa melawan bumi jika bumi pa
da akhirnya menjadi boomerang. Buat apa menghujat bumi jika pada
akhirnya dikebumikan. Buat apa…bias jadi punta tugas mulia membela
               agama. Tapi sungguh gagal membela sesama. Buat apa!!!


Thomas haryanto soekiran 2016
Padepokan seni matahariku purworejo 

Syahriannur Khaidir dalam Kita Dijajah Lagi : Gogoglo





Gogoglo

Merdekalah kata-kata
Memapah kita-kita merdeka
Gagah kaprah lengah kiprah terjajah

Membabi-buta cita-cita
Lupa mata
Lupa tangan
Lupa kaki
Lupa pula di kebiri di tanah sendiri

Merdekalah kata-kata
Memapah kita-kita merdeka
Gagah kaprah lengah kiprah terjajah

Bersarang di kepala anak negeri
Tersungkur karena buta
Tersingkir karena eja mengeja merdeka
Yang asing bertolak pinggang
Memainkan gemulai telunjuk
Pribumi bergulat mengisap debu
Tiang-tiang perusahaan
Sepatu-sepatu teknologi
Jas perlente aristokrat
Usus-usus peradaban semburat
Pribumi terseok-seok
Budaya terperosok porak-poranda
Lelaki tulen pun dibetinakan
Terjarah lupa pada tingkah

Merdekalah kata-kata
Memapah kita-kita merdeka
Gagah kaprah lengah kiprah terjajah
Sampang,  Agustus 2017

Djemi Tomoka dalam Kita Dijajah Lagi : Perempuan tua





Djemi Tomuka

Perempuan Tua

di mata tua perempuan itu
langit tak pernah berubah
kecuali pundak kini lekuk
setiap kali dia menyeret uban
yang mengelupas di kakinya

disebutnya rumah,
gubuk tempat menaruh senyum
di sampingnya, gundukan tanah selalu basah
oleh kenang dan airmata
adalah tugu kecil dengan relief bambu runcing
bertuliskan kekasih

ditimangnya hari-hari di ujung
bersama nama kekasih
yang terbungkus merah putih
telah lusuh hilang warna

di mata tua perempuan itu
langit tak pernah berubah
kecuali juang terus saja memanjang
menggelung ke langit

Tanpa sesiapa
Menanti merdeka

Manado, 15 Desember 2015