Minggu, 20 Agustus 2017

Syahriannur Khaidir dalam Kita Dijajah Lagi : Gogoglo





Gogoglo

Merdekalah kata-kata
Memapah kita-kita merdeka
Gagah kaprah lengah kiprah terjajah

Membabi-buta cita-cita
Lupa mata
Lupa tangan
Lupa kaki
Lupa pula di kebiri di tanah sendiri

Merdekalah kata-kata
Memapah kita-kita merdeka
Gagah kaprah lengah kiprah terjajah

Bersarang di kepala anak negeri
Tersungkur karena buta
Tersingkir karena eja mengeja merdeka
Yang asing bertolak pinggang
Memainkan gemulai telunjuk
Pribumi bergulat mengisap debu
Tiang-tiang perusahaan
Sepatu-sepatu teknologi
Jas perlente aristokrat
Usus-usus peradaban semburat
Pribumi terseok-seok
Budaya terperosok porak-poranda
Lelaki tulen pun dibetinakan
Terjarah lupa pada tingkah

Merdekalah kata-kata
Memapah kita-kita merdeka
Gagah kaprah lengah kiprah terjajah
Sampang,  Agustus 2017

Djemi Tomoka dalam Kita Dijajah Lagi : Perempuan tua





Djemi Tomuka

Perempuan Tua

di mata tua perempuan itu
langit tak pernah berubah
kecuali pundak kini lekuk
setiap kali dia menyeret uban
yang mengelupas di kakinya

disebutnya rumah,
gubuk tempat menaruh senyum
di sampingnya, gundukan tanah selalu basah
oleh kenang dan airmata
adalah tugu kecil dengan relief bambu runcing
bertuliskan kekasih

ditimangnya hari-hari di ujung
bersama nama kekasih
yang terbungkus merah putih
telah lusuh hilang warna

di mata tua perempuan itu
langit tak pernah berubah
kecuali juang terus saja memanjang
menggelung ke langit

Tanpa sesiapa
Menanti merdeka

Manado, 15 Desember 2015

Iwan Dartha dalam Kita Dijajah Lagi : Kopi Pahit






KOPI PAHIT

Puisi Iwan Dartha

Lebih besar harapan daripada bukti-bukti
dua teguk pertama cukup sadari rasa kopi
ada bayangan merdeka dalam kepul nyali
Tebarkan gula-gula seusai kau tumbuk palu
rumput hijau kau arit dengan retorika palsu
sampah busuk kau pungut tanpa rasa malu

Kopi pahitku lebih manis daripada gulamu
saat pesta meriah sublimasi ambiguitasmu
Menarik arakan awan kelabu menghangati
setiap rasa merasuki kepercayaan dirimu
Warna tertepis mengabaikan asa sendimu
Kopi pahitku selalu memaniskan sukmaku

Dunia telah mencintai madu seperti aku juga
Tapi secangkir kopi pahitku dibanding madu
lebih manis daripada madu bunga-bunga liar
Engkau tersenyum puas ketika kini menikmati
kopiku pahit kau minum tak sadar rasa pahit
dan sampai kini kau mengingat kopi pahitku

Kuberhenti bertanya sambil hirup kopi pahitku
senyum bukan untuk madu bunga-bunga liar
Tarian kupu-kupu memanjakan kumbang saru
kopi pahitku lebih manis daripada gulamu itu
secangkir kau habiskan tak sadari rasa pahit

Jakarta, 15 Agustus 2017

Sabtu, 19 Agustus 2017

Zaeni Boli , dalam Kita Dijajah Lagi : Aquiarium




 Zaeni Boli
Aquarium

malam itu di sebuah aquarium
bernama comuter line
ikan -ikan tak saling bertegur sapa
mungkin lelah atau sibuk dengan ponselnya
sementara seorang ibu dan sahabatnya seorang bapak
berdiskusi kecil tentangsisa-sisa kerja dan sedikit gosip
di kereta terakhir bangku- bangku begitu dingin begitu pula para penumpangnya
mataku yang lelah masih juga di sesaki oleh iklan-iklan yang menempel di setiap sudutnya
air conditioner dan kipas yang berputar mengantar dingin yang asing ke kulit
dan kata-kata seakan membeku membiru
perasaan begitu asing di negeri sendiri        
2015

Sarwo Darmono dalam Kita Dijajah Lagi : Seni Budaya Mung Kari Tilas



Sarwo Darmono

Seni Budaya Mung Kari Tilas

Kabeh pada nyengkuyung sanajan hamung kentrung
Kabeh pada gemnruduk sanajan hamung ludruk
Kabeh pada guyub sanajan hamung tayub
Kabeh pada sigrak sanajan hamung kethoprak
Kabeh pada jingkrak sanajan hamung jaran kencak
Kabeh pada girang sanajan hamung wayang Lan Glipang
Kabeh seni budaya iki wus pada ilang
Sanajan ana mung kari arang
Kabeh mung kari tilas
Kabeh Mung pada ora nggagas
Jare ngunu kuwi budaya wus lawas
Budaya ora duwe kelas.
Jarene sing duwe kelas budaya manca
Apa-apa kudhu teka budaya manca
Jogete joget manca
Busanane busana cara manca
Srawungge srawung cara manca
Yen teka manca dipuja-puja
Sanajan kurang prayoga
Budaya manca sumebar ing bumi nuswantara
Kabeh pada lena, ora krasa, ora rumangsa yen budaya nusantara katindes budaya manca
Mumpung esih ana mangsa
Ayo pada rekadaya tresna marang budaya bangsa
Nguri nguri lestari budaya negeri
Seni budaya jatidiri Ibu Pertiwi
Lumajang, 5 Agustus 2017
Sarwo Darmono, penyair dan juga

Jumat, 18 Agustus 2017

FE Sutan Kayo, Memaknai Kemerdekaan dalam Secangkir Kopi dalam Kita Dijajah Lagi


Kita Dijajah Lagi
FE Sutan Kayo

Memaknai Kemerdekaan dalam Secangkir Kopi

memaknai kemerdekaan dalam secangkir kopi
yan gbenar-benar belum Merdeka
entah itu arabica
atau pun
robusta
sebab manisnya gula
masih saja dicuri oleh segerombolan semut
yang semakin perkasa membangun dinasti di dalam tempurung ah entahlah
di mana katak bersembunyi
Muara Bungo-Jambi-2017

Selasa, 15 Agustus 2017

Kemendikbud : Lagu Kebangsaan Indonesia Raya resmi dalam 3 Stanza


“INDONESIA RAYA”
(Stanza I)
Indonesia tanah airku,
Tanah tumpah darahku,
Di sanalah aku berdiri,
Jadi pandu ibuku.
Indonesia kebangsaanku,
Bangsa dan tanah airku,
Marilah kita berseru,
Indonesia bersatu.
Hiduplah tanahku,
Hiduplah negeriku,
Bangsaku, Rakyatku, semuanya,
Bangunlah jiwanya,
Bangunlah badannya,
Untuk Indonesia Raya.


(Stanza II)

Indonesia, tanah yang mulia,
Tanah kita yang kaya,
Di sanalah aku berdiri,
Untuk selama-lamanya.
Indonesia, tanah pusaka,
Pusaka kita semuanya,
Marilah kita mendoa,
Indonesia bahagia.
Suburlah tanahnya,
Suburlah jiwanya,
Bangsanya, Rakyatnya, semuanya,
Sadarlah hatinya,
Sadarlah budinya,
Untuk Indonesia Raya.


 (Stanza III)

Indonesia, tanah yang suci,
Tanah kita yang sakti,
Di sanalah aku berdiri,
N’jaga ibu sejati.
Indonesia, tanah berseri,
Tanah yang aku sayangi,
Marilah kita berjanji,
Indonesia abadi.
S’lamatlah rakyatnya,
S’lamatlah putranya,
Pulaunya, lautnya, semuanya,
Majulah Neg’rinya,
Majulah pandunya,
Untuk Indonesia Raya.


Reff:

Indonesia Raya,
Merdeka, merdeka,
Tanahku, neg’riku yang kucinta
Indonesia Raya,
Merdeka, merdeka,
Hiduplah Indonesia Raya.

Selasa, 01 Agustus 2017

Dokumentasi Sastrawan Indonesia oleh Himpunan Masyarakat Gemar Membaca. Edisi Spesial HUT RI ke-72

Terus berkarya
Biarkan publik yang menilai
Berikan yang terbaik
Menulis untuk dibaca orang lain.

Dokumentasi Sastrawan Indonesia oleh Himpunan Masyarakat Gemar Membaca. Edisi Spesial HUT RI ke-72

Rekrutmen Puisi 01-08-2017 sd. 31-08-2017 kirim satu puisimu yang terbaik dalam tema "Kita Dijajah Lagi" kirim melalui email gus.warsono@gmail.com berikut biodata singkat. (Tidak menerima naskah melalui inbok, karena datanya sering hilang)

Kegiatan ini murni dokumentasi dan publikasi karya sastra serta literasi. Penulis tidak diberi buku atau honorarium, apabila menghendaki bukunya silahkan memesannya sendiri di penerbit SI Buku Media / Penebar Pustaka Media Yogyakarta.
Penulis yang memesan melaluiku berlaku hibah buku dan bea pengiriman buku.

"Kita Dijajah Lagi" sebuah tema yang menggelitik pembaca Tanah Air. Persembahan ulang tahun Indonesia yang semakin tua. Porsi antologi ini diperuntukan bagi pembaca remaja dan dewasa (bukan bacaan anak-anak) karena itu Hibah buku diperuntukan bagi sekolah menengah dan perguruan tinggi,
Naskah yang diterima akan diseleksi oleh sastrawan yang ditunjuk dan yang masuk dalam buku ditampilkan dalam www.ayokesekolah mulai 17 Agustus 2017
Naskah diterbitkan sekitar September 2017 dan diharapkan selesai 28 ktober 2017

Spesial Edisi Lumbung Puisi.
"Kita Dijajah Lagi"
Panitia

Sabtu, 22 Juli 2017

Aku kecil karya Rg Bagus Warsono

Aku Kecil                              Rg Bagus Warsono

Aku kecil
Aku kecil dan ibu
kecil aku berterima kasih
aku kecil ibu

Pak Poniman Guru Berbakti Sepanjang Umur

Pak Poniman Guru Berbakti Sepanjang Umur

Dalam sebuah kunjungan ke SDN Juntinyuat Ii Kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu, ditemukan seorang guru yang berusia 64 tahun. Keistimewaan guru ini adalah meski sudah memasuki pensiun tetapi oleh masyarakat di desa Juntinyuat masih diharapkan untuk mengajar, juga di SDN Juntinyuan II Pak Poniman ini sangat dibutuhkan tenaganya untuk mengajar kelas VI. Guru yang sudah sepuh ini terkenal cerdas dan pintar sehingga dibutuhkan untuk tetap mengajar. Menurut Kepala sekolahnya, Pak Poniman juga berperan penting dalam sekolah tersebut dan dipasrahi pekerjaan untuk menangani administrasi kesiswaan. Penulis sempat berbincang bincang dengan guru tua ini, katanya ia tidak mengharapkan imbalan apa pun dari sekolah ini, katanya gaji pensiunnya sudah cukup untuk menopang hidupnya bersama keluarga yang hanya tinggal berdua dengan istrinya, yang juga seorang guru, karena kebetulan anak-anaknya suidah bekerja. Pak Poniman adalah sosok pengabdi pendidikan yang tidak mengenal batas pensiun. Baginya kalau masih ada umur dan tenaga ilmu itu harus dimanfaatkan.
(rg bagus, 23-07-17)