Jumat, 20 April 2018

Iwan Bonick dalam Pagi hari Aku baca koran bekas



Iwan Bonick
Pagi hari Aku baca koran bekas
Sambil duduk di bale teras tetangga
Ada berita
Dengan tulisan besar
PEJABAT PEMERENTAH TERTANGKAP TANGAN MENERIMA UANG SUAP
Siang hari Selesai makan siang
Kiriman rantang
Aku dengar berita di radio
PEJABAT PEMERENTAH KENA RAZIA PEKAT DI HOTEL BERBINTANG
Malam hari
Melepas lelah
Duduk bersila
Diruangan tanpa jendela
Melihat kabar berita televisi
PEJABAT PEMERENTAH TERTANGKAP SEDANG PESTA NARKOBA
Kabar berita
Setiap saat bagai hiburan Kabar berita
Setiap saat bagai tontonan Kabar berita
Setiap saat membuat tersenyum kecut
Ini bukan hiburan
Ini bukan tontonan Ini nyata di
Negeri Indonesia Raya Aku tak bisa tesenyum
Kalau Indonesia itu lucu Aku tak bisa tertawa
Kalau Indonesia itu lucu Tapi mengapa
Berita itu
Bagai hiburan
Kabar itu Bagai tontonan Dan Apakah kita terhibur dengan tontonan itu
Berita hari ini membuat Tertawa gila
Kp Teluk Angsan Bekasi Senin pahing 2 April 2018

Chalvin Papilaya dalam Tidak Lucu tentang tubuh



Chalvin Papilaya

Tidak Lucu tentang tubuh

1)
Kalian hampir membunuh cinta ini
yang telah turun sebegitu dalam
kepada lautan kedagingan yang biru
sayangnya kau tak bisa lepaskan belenggu
pulang ke daratan asal-muasal benih itu
dengan maksud sucimu untuk menyelam
secara hati-hati dalam bayang tubuhmu

2)
Lalu seorang lelaki telah berdiri di tepi sana
dekat sekali jurang atau kolam yang empunya dasar
dan ketika semua maumu terisi dengan badaniah
kadangkala ia telah jauh dari segala sinar kasih
hanya setia terjadi pada berahi-berahi yang tercinta

3)
Lalu engkau perempuan sangat mencintai luka
duka tubuhmu yang berbekas sengatan zaman
sedalam tikaman atau sayat yang kian panjang
kau tidak terbang ke udara seperti burung-burung
dan meminta cuaca baik menyembuhkannya
tapi kau suka sukma menanah bagai kangker
berlama-lama di jiwa dan menjangkit sekitar hatimu


Miftahur Rahim dalam INDONESIA KATANYA LUCU



Miftahur Rahim

INDONESIA KATANYA LUCU

Inilah Negeri Indonesia
Yang sepertinya
Kalian juga tau itu semua
Inilah Indonesia kita
Yang katanya menawan
Namun dia menyedihkan
Serupa inikah Indonesia
Mengapa seperti ini kuberkata
Karena sekarang aku sedang diancam oleh fakta
Kau sebut aku pecundang
Ketika kau lihat aku sedang bekerja di ladang
Kau sebut aku pecundang
Saat meneteskan keringat hanya untukku makan
Kau tak terima
Rezeki halal yang kudapatkan ini
Lebih berkah ketimbang jutaan proposal yang kau sodorkan
Kau sebut aku tak beradab
Saat kumencari hutang
Untuk pajak-pajak yang rajin kubayarkan
Kau sebut aku khianat
Saat kubercerita
Soal hukum yang sekarang tak berguna
Ia meringkus kaum-kaum lemah
Namun, menghamba pada konglomerat yang sekarang beranak-pinak
Lantas kau akan sebut aku apa
Jika aku berdiri di sini
Mengucapkan apa yang kudapat
Dari semua kejanggalan di tanah ini
Saat perjalanan Kajen-Sokopuluhan, 31 Maret 2018, di penghujung petang.

Miftahur Rahim (Mast Oim), seorang penyuka sastra dari Pati. Karya-karyanya pernah mengikuti beberapa antologi puisi, diantaranya Santri Kajen Tolak Korupsi (2016), Ramadhan (2017)