Jumat, 20 April 2018

Harkoni Madura dalam Di Depan Podium Bersanggul Mikrofon



Harkoni Madura

Di Depan Podium Bersanggul Mikrofon

di depan podiom bersanggul mikrofon
seorang juru kampanye berorasi
dengan wajah bermuka-muka
atasnama partai yang diusungnya

dia sesekali berjas sesekali bersorban
hadirin sontak bertepuk tangan
dari bibirnya meluncur teluh kekata menyabda
melampaui fatwa ulama

dia langitkan berpuluh wajah dan nama
seolah tak ada lagi kandidat yang pantas jadi pesaing
buat menandur pertiwi yang berangkat mengering

sebelum orasi berbusa-busa berakhir
kursi-kursi kosong melompong ditinggal hadirin
sebab mereka lelah dikibuli warna-warni panji
yang berkali-kali selalu ingkar janji

Banyuates, 27 Maret 2018

Tri Munawaroh dalam Indonesiaku Lucu



Tri Munawaroh

Indonesiaku Lucu

Indonesia negaraku
Negara yang begitu lucu
Yang membuat ku menggelengkan kepala
Lihat saja...
Mereka yang pandai dan berdasi
Memiliki otak berlian dan emas
Tapi mereka disebut tikus negara
Bagaimana bisa disebut tikus
Atau anjing penjaga harta?
Aku tertawa keras karnanya
Lihat saja...
roda hukum berputar..
berputar kepada mereka yang tak punya sutra
Tangga yang harusnya mengantar mereka
Dalam istilah kemakmuran
Tetapi justru
Menjadi duri yang melekat dikulit
Lihat saja..
Si buruh bisa membagi pupuk untuk semua padinya
Tapi yang berdasi tak tau arti kata membagi
Dan lihatlah..
Anak SD tau Pancasila
Si Dewan tak tau bunyinya
Anak kecil tak terlihat seperti bocah
Mereka yang keriput seperti bocah
Tak berdasi atau bertopi..
Sama saja..
Betapa lucu Indonesiaku

Sokanindya Pratiwi Wening dalam Tiang Listrik




Sokanindya Pratiwi Wening

Tiang Listrik
kekasih,
apa kabarmu hari ini?
kutahu kau pasti bersedih
kekasih,
jangan murung dan termenung ikhlaskanlah karena itu sudah terjadi....
aku tahu,
tiang listrik yang kita jadikan
tonggak cinta
tempat biasa kita janji bertemu
kemarin telah ternoda....
kekasih,
tenangkan hatimu
walau tiang listrik yang biasa kau peluk
saat gigilmu mengamuk -
rindukan aku yang jauh,
kemarin telah terluka....
tiang listrik ditabrak papa
kepala papa benjol tak sebesar jengkol
papa luka parah
berdarah-darah
pingsan, amnesia, entah besok gila
atau sudah?!
kekasih,
bersyukurlah
tiang listrik kita luka tak separah papa
ia ternoda bukan oleh maunya
hanya takdirnya
dicium paksa oleh mobil papa,
papa yang sanggup menistakan dirinya
menghindar dari kejaran kapeka...!
Krueng Geukueh, 17/11/2017

Sabtu, 07 April 2018

Ibu Indonesia

Ibu Indonesia

Karya Rg Bagus Warsono

Ada yang gendut ada yang lencir
ada yang ayu ada yang kemayu
ada yang tregep, gesit, dan ada yang gemulai
ada yang mesem ada yang mrengut
ada yang sehat ada yang ngreges
ada yang jorok ada yang rapih
ada yang agresif sex ada yang malu-malu kucing
ada yang mabur-mabur ada yang di rumah saja
ada yang kaya raya ada yang nestapa
ada yang bahagia ada yang nelangsa
ada yang sombong ada yang sabar
Ibu yang sabar ibu Indonesia

(rg bagus warsono, 6 April 2017)

Sabtu, 31 Maret 2018

Yuri Rakasiwi Keseharian Negriku

Yuri Rakasiwi

Keseharian Negriku
Aneh jika dilihat sekarang
Negriku banyak berubah
Bangunannya, lihatlah
Dulu pondok roboh, sekarang gedung pencakar langit
Langit kok dicakar
Disini sedang perang
Perang sengketa, argumen bahkan moral
Demonstrasi dimana-mana
Bak perang troya
Sedikit-sedikit pukul, sedikit-sedikit hantam
Mungkin nyawanya punya cadangan
Yang ber-uang berkuasa
Yang miskin menghamba, meratap
Tak peduli luka, mengais tak ada
Mereka bisa makan hari ini, besok ?
Mana tahu
Jual diri saja, jangan
Harga diri tetap tak terbayar
Rakyat bersuara, pemerintah lebih
Perutnya buncit-buncit
Duduk-duduk santai, sedang yg di bawah sengsara
Aduhai,
Berdiri berbicara lucu
Pelawak kecewa, kalah popularitas
Ayolah negriku, jangan begitu
Masing-masing punya perut
Yang harus di isi
Negriku Negri Kawakan
Negriku negri kawakan
Bestari, hanya sebatas kata
Hanya sebatas sedu sedan
Aneh
Bocah imut tau cinta-cintaan
Amboi, di khitan saja belum
Wajah polos dibalut seragam merah putih
Dengan santainya cium-ciuman
Dek, sekolah dulu ya ! Kasian orang tua
Kasian si gundu dilupakan
Gara-gara internet meraja lela
Tak peduli usia, tua atau muda
Duduk bersila, menatap maya
Negriku panas
Prostitusi sudah biasa
Obat dijual bebas
Dari narkoba hingga obat kuat
Hah,Laku keras
Negriku modern, katanya
Dulu petak umpet di saung
Sekarang umpet privasi
Sayang ya, keseruan tlah usai
Yang nyata berganti maya


Yuri Rakasiwi, penyair ini berasal dari Mempawah, Kalimantan Barat


Aneh jika dilihat sekarang
Negriku banyak berubah
Bangunannya, lihatlah
Dulu pondok roboh, sekarang gedung pencakar langit
Langit kok dicakar
Disini sedang perang
Perang sengketa, argumen bahkan moral
Demonstrasi dimana-mana
Bak perang troya
Sedikit-sedikit pukul, sedikit-sedikit hantam
Mungkin nyawanya punya cadangan
Yang ber-uang berkuasa
Yang miskin menghamba, meratap
Tak peduli luka, mengais tak ada
Mereka bisa makan hari ini, besok ?
Mana tahu
Jual diri saja, jangan
Harga diri tetap tak terbayar
Rakyat bersuara, pemerintah lebih
Perutnya buncit-buncit
Duduk-duduk santai, sedang yg di bawah sengsara
Aduhai,
Berdiri berbicara lucu
Pelawak kecewa, kalah popularitas
Ayolah negriku, jangan begitu
Masing-masing punya perut
Yang harus di isi
Negriku Negri Kawakan
Negriku negri kawakan
Bestari, hanya sebatas kata
Hanya sebatas sedu sedan
Aneh
Bocah imut tau cinta-cintaan
Amboi, di khitan saja belum
Wajah polos dibalut seragam merah putih
Dengan santainya cium-ciuman
Dek, sekolah dulu ya ! Kasian orang tua
Kasian si gundu dilupakan
Gara-gara internet meraja lela
Tak peduli usia, tua atau muda
Duduk bersila, menatap maya
Negriku panas
Prostitusi sudah biasa
Obat dijual bebas
Dari narkoba hingga obat kuat
Hah,Laku keras
Negriku modern, katanya
Dulu petak umpet di saung
Sekarang umpet privasi
Sayang ya, keseruan tlah usai
Yang nyata berganti maya


Yuri Rakasiwi, penyair ini berasal dari Mempawah, Kalimantan Barat

Muhlis Hatba Negeri Yang Aneh

Tersiar kabar di sebuah negeri
Katanya, adalah negeri yang subur
Tapi kok, malah banyak penganggur
Tergusur di sawah sendiri
Terbusur di hutan sendiri
Terbujur di laut sendiri
Tersungkur di tambang sendiri
Tergempur di pasar sendiri
Bahkan tersingkir di rumah sendiri
Karena terbuai janji-janji palsu
Yang diobral di panggung politik
Menjadi hipnotis lima tahunan.

Tersiar kabar di sebuah negeri
Banyak orang bejat jadi pejabat
Gemuk dan kenyang makan uang rakyat
Meski masyarakatnya hidup melarat
Bahkan sekarat pun, jarang yang peduli
Tak heran banyak muncul para penjahat
Yang lahir dari kepincangan sosial
Karena terlunta-lunta mengemis pekerjaan
Karena terpontang-panting dimainkan hutang
Karena terhuyung-huyung menahan sakit
Karena terkotak-kotak pragmatis politik
Karena terseok-seok dicerca miskin.

Tersiar kabar di sebuah negeri
Di sana, apa saja bisa dipalsulkan
Ada beras palsu di tanah agraris
Ada daging palsu sambut lebaran
Ada uang palsu jelang pemilu
Ada suara palsu di bilik suara
Ada vonis palsu di balik palu
Ada kader palsu di kancah partai
Ada ijazah palsu di birokrasi
Ada identitas palsu di kartu keluarga
Ada akun palsu penyebar hoax
Bahkan, jenis kelamin palsu pun ada di sana.


Tersiar kabar di sebuah negeri
Hukum ditafsirkan seenak hati
Bikin koruptor makin diktator
Jangan harap ada harakiri di sana
Jika koruptor tertangkap basah
Karena budaya malu barang yang murah
Semurah kotoran di tempat sampah
Jangan harap berlaku potong tangan
Heh, malah dapat potong tahanan
Jangan harap dapat hukuman mati
Malah sibuk dibela sampai mati
Untuk memenangkan kolusi dan koloni.

Tersiar kabar di sebuah negeri
Syahwat korupsi semakin terkenal
Memakmurkan jiwa-jiwa feodal
Mengusik para pemilik akal binal
Untuk bertahta dengan cara nakal
Serampangan tak takut kriminal
Di negeri seremonial, negerinya abal-abal
Negeri seribu ide gagal para otak dangkal.

Jumat, 30 Maret 2018

Ngiris Pulau Jawa

                                                Rg Bagus Warsono
Ngiris Pulau Jawa

Dan setiap kilometer melewati
aku disapa patok
masih jauhkan kotaku
sudah semakin jauh kota kutinggalkan
sawah menghijau
dan semilir angin lewat
jendela-jendela sepur
Aku benar-benar di Jawa
Dan gunung-gunung berhenti mengeluarkan air, dari mata airmu yang kering
Pohon-pohon jati berubah menjadi puing-puing tiang menyangga layang
daun-daunnya terhampar semen mengering
menjadi batu
dan batu menjadi akik
keras
mengeraskan hatimu
yang membutuhkan air
yang hanya menadahi hujan
setahun sekali
di Jawa,
di tanah yang diiris-iris
Esok tak lihat lagi petani,
Hamparan hanya beton bertulang
Esok tak lihat lagi hijau padi
Hanya burung-burung bermerk Jepang,
Angin tak lagi sepoy, tapi bau petralit terbakar
Sungai hanya mainan
pemborong bermata sipit
Dan danau hanya tipuan pemandangan
Jawa diiris-iris.

Maret 2018