Minggu, 23 Agustus 2015

Tentang Membuat Puisi

Taufik Ismail pandai menjual puisi.
Taufik Ismail pandai menjual puisi. Mari kita perhatikan puisi karya Taufik ini yang berjudul Kita Adalah Pemilik Sah Republik Ini. Judul yang tampak gagah dengan penggunaan kata-kata yang tegas 'Adalah, 'Pemilik, 'Sah dan juga penggunaan kata 'Republik pada saat 1966 itu memang lagi ngetrend.
Judul ini seakan membuat kita pernah diberi pertayaan, setidaklnya : masihkah kita diaku sebagai pemilik republik ini, atau : apakah yang punya republik ini orang-orang tertentu saja? , (rg bagus warsono 23-8-2015) yuk kita simak puisinya :
Kita Adalah Pemilik Sah Republik Ini
Karya Taufik Ismail.
Tidak ada pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus
Karena berhenti atau mundur
Berarti hancur
Apakah akan kita jual keyakinan kita
Dalam pengabdian tanpa harga
Akan maukah kita duduk satu meja
Dengan para pembunuh tahun yang lalu
Dalam setiap kalimat yang berakhiran
“Duli Tuanku ?”
Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus
Kita adalah manusia bermata sayu, yang di tepi jalan
Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh
Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara
Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama
Dan bertanya-tanya inikah yang namanya merdeka
Kita yang tidak punya kepentingan dengan seribu slogan
Dan seribu pengeras suara yang hampa suara
Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus.
1966

Kepiawaian Chairil dalam Mencipta
Demikian Chairil menjadi Prajurit Jaga Malam, Chairil tak bicara rokok atau kopi penahan kantuk, tak bicara nyamuk , kelelawar ddan embun dini hari. Chairil pandai menjadi puisi, menjadi dirinya seorang prajurit jaga malam, menusuk pikiran si penjaga malam, dan bersembunyi di hati dalam dada prajurit jaga malam. Chairil memang jempolan. (rg bagus warsono 23-8-15)
berikut puisinya:

PRAJURIT JAGA MALAM
karya Chairil Anwar
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu ?
Pemuda-pemuda yang lincah yang tua-tua keras,
bermata tajam
Mimpinya kemerdekaan bintang-bintangnya
kepastian ada di sisiku selama menjaga daerah mati ini
Aku suka pada mereka yang berani hidup
Aku suka pada mereka yang masuk menemu malam
Malam yang berwangi mimpi, terlucut debu
Waktu jalan. Aku tidak tahu apa nasib waktu!