Rabu, 19 November 2014

Resensi Memo yang menghentak, merontak, memuja, menyanjung, lalu menghujat dan marah!

Resensi
Memo yang menghentak, merontak, memuja, menyanjung, lalu menghujat dan marah!
Barangkali Anda ingin tahu perkembangan sastra dewasa ini Antologi Memo untuk Presiden adalah jawabannya. Kita bisa melihat corak puisi nuntakhir dari buku setebal 476 Halaman ini. Tentu saja beraneka pola. Namun demikian warna gaya penyair kita telah berubah sejak sebelum reformasi negeri ini. Mungkin pula gambaran reformasi gaya penyair Indonesia. Kalian bisa menilai puisi-puisi dari 196 penyair indonesia. Dari yang sudah ubanan hingga yang bau kencur namun telah menjadi resep sambal dari rasa penyair-penyair Indonesia. Memo bukanlah memo biasa namun suguhan yang enak dibaca bolak-balik. Terserah mana karya dan pujangga yang Anda pilih , 196 Penyair negeri. Jika memo ini sampai Istana kenapa kita tidak turut serta membaca. Agaknya Sosiawan Leak dan Rini Tri Puspohardini sang editor buku ini tidak membuat alur isi dari masing-masing karya penyair yang begitu banyak ini, sengaja susunannya dengan menggunakan abjad depan nama penyairnya. Jadilah lembar lembar itu kadang menghentak, merontak, memuja, menyanjung, lalu menghujat dan marah!. Wah Anda pasti ketinggalan jika tak baca buku ini.
Judul : Memo untuk Presiden (Antologi Puisi)
Penulis: 196 Penyair Indonesia
Kurator : Leak Sosiawan
Penerbit : Forum sastra Surakarta
Cetakan 1 : Oktober 2014
ISBN : 978-602-777-802-3

( RgBagus Warsono 18-11-2014)