oleh : masagus, guru sekolah dasar di Indramayu
Pada akhir tahun pembelajaran, evaluasi belajar siswa dilaksanakan. Contoh kecilnya adalah penilaian pada UKK (ujian kenaikan kelas). Saat inilah guru dapat melakukan nilai akhir siswa untuk menentukan seorang siswa dapat naik kelas atau tidak. Namun saat penilaian ini guru sering mengabaikan melaksanakan perbaikan pada siswa yang membutuhkan perbaikan.
Dengan alasan sudah memenuhi kreteria naik kelas, atau sudah mencapai standar nilai minimal naik kelas, maka sudah saja guru melewatkan perbaikan. Belum lagi tampak guru sudah diadapkan pada pengisian laporan pendidikan siswa (raport). Dan mungkin ada yang cepat-cepat ingin menyelesaikan semua tugas karena libur panjang di depan mata.
Perbaikan atas evaluasi siswa penting dilakukan karena didalamnya terdapat kajian soal, yang mempelajari bobot soal satu per satu atas soal yang sudah dikerjakan siswa. Bisa saja soal dibuat oleh lain guru atau memesan di percetakan, atau dibuat di dalam gugus, sehingga boleh jadi belum atau terlewat diberikan pembelajarannya oleh guru bersangkutan.
Untuk melaksanakan perbaikan diperlukan dimulai dari analisis hasil evaluasi siswa. Yang pertama diperatikan adalah meneliti lembar soal dengan melihat jumla soal, dari mulai model soal (pilian anda,isian,esai ,dsb.) ,bobot soal, dan tentu saja jumlah peserta yangmelaksanakan evaluasi itu (siswa).
Analisis butir soal padukan dengan kompetensi yang ada di kurikulum sesuai denan kelasnya. Model soal mulailah dengan jumlah model yang ada dan yang lebih mudah dahulu, kemudian hitung jumla item soalnya. Sedang bobot soal biasa diberikan pada bentuk soal isian dan esai (uraian).
Tentukan bobot sesuai dengan kehendak guru, yang penting jumlah bobot dari bobot mudah sampai sukar berjumlah 10 (jika menggunakan puluhan) atau 100 (jika menggunakan ratusan). Umpamanya soal mudah diberi bobot 1, soal sedang diberi bobot 2 dan soal sulit diberi bobot 3 atau 4. Jumlah kan bobot soal itu dari seluruh soal yang diberikan. Maka tidak menutup kemungkinan bobot soal dari seluruh soal, jumlahnya akan melebihi jumlah soal.
Dari sini saja guru dapat menyimpulkan perolehan nilai siswa belum tentu memenuhi kompetansi yang diajarkan. Nilai kecil bukan berarti siswa tidak naik kelas, nilai besar bukan berarti telah memenuhi kreteria ketuntasan minimal (KKM).
Di sinilah pentingnya analisis asil evaluasi, yang merupakan salah satu tugas guru yang harus dilaksanakan. Selanjutnya guru tinggal mengitung apakah siswa perlu melakukan perbaikan atau tidak. Jika dikehendaki melakukan perbaikan secara klasikal,misalnya, gunakan bahwa apabila 70 % jumlah bobot belum dicapai oleh 50 % jumlah siswa dalam 1 mata uji. Dan jika dikehendaki perbaikan secara satu persatu siswa,misalnya, gunakan bahwa apabila 70 % jumlah bobot belum dicapai oleh perolehan nilai siswa individu. Dari olah nilai itu didapat rata-rata kompetensi siswa dalam satu kelas di satu mata pelajaran.
Ternyata menganalisis tidak begitu susah dilakukan. (bersambung).
Pada akhir tahun pembelajaran, evaluasi belajar siswa dilaksanakan. Contoh kecilnya adalah penilaian pada UKK (ujian kenaikan kelas). Saat inilah guru dapat melakukan nilai akhir siswa untuk menentukan seorang siswa dapat naik kelas atau tidak. Namun saat penilaian ini guru sering mengabaikan melaksanakan perbaikan pada siswa yang membutuhkan perbaikan.
Dengan alasan sudah memenuhi kreteria naik kelas, atau sudah mencapai standar nilai minimal naik kelas, maka sudah saja guru melewatkan perbaikan. Belum lagi tampak guru sudah diadapkan pada pengisian laporan pendidikan siswa (raport). Dan mungkin ada yang cepat-cepat ingin menyelesaikan semua tugas karena libur panjang di depan mata.
Perbaikan atas evaluasi siswa penting dilakukan karena didalamnya terdapat kajian soal, yang mempelajari bobot soal satu per satu atas soal yang sudah dikerjakan siswa. Bisa saja soal dibuat oleh lain guru atau memesan di percetakan, atau dibuat di dalam gugus, sehingga boleh jadi belum atau terlewat diberikan pembelajarannya oleh guru bersangkutan.
Untuk melaksanakan perbaikan diperlukan dimulai dari analisis hasil evaluasi siswa. Yang pertama diperatikan adalah meneliti lembar soal dengan melihat jumla soal, dari mulai model soal (pilian anda,isian,esai ,dsb.) ,bobot soal, dan tentu saja jumlah peserta yangmelaksanakan evaluasi itu (siswa).
Analisis butir soal padukan dengan kompetensi yang ada di kurikulum sesuai denan kelasnya. Model soal mulailah dengan jumlah model yang ada dan yang lebih mudah dahulu, kemudian hitung jumla item soalnya. Sedang bobot soal biasa diberikan pada bentuk soal isian dan esai (uraian).
Tentukan bobot sesuai dengan kehendak guru, yang penting jumlah bobot dari bobot mudah sampai sukar berjumlah 10 (jika menggunakan puluhan) atau 100 (jika menggunakan ratusan). Umpamanya soal mudah diberi bobot 1, soal sedang diberi bobot 2 dan soal sulit diberi bobot 3 atau 4. Jumlah kan bobot soal itu dari seluruh soal yang diberikan. Maka tidak menutup kemungkinan bobot soal dari seluruh soal, jumlahnya akan melebihi jumlah soal.
Dari sini saja guru dapat menyimpulkan perolehan nilai siswa belum tentu memenuhi kompetansi yang diajarkan. Nilai kecil bukan berarti siswa tidak naik kelas, nilai besar bukan berarti telah memenuhi kreteria ketuntasan minimal (KKM).
Di sinilah pentingnya analisis asil evaluasi, yang merupakan salah satu tugas guru yang harus dilaksanakan. Selanjutnya guru tinggal mengitung apakah siswa perlu melakukan perbaikan atau tidak. Jika dikehendaki melakukan perbaikan secara klasikal,misalnya, gunakan bahwa apabila 70 % jumlah bobot belum dicapai oleh 50 % jumlah siswa dalam 1 mata uji. Dan jika dikehendaki perbaikan secara satu persatu siswa,misalnya, gunakan bahwa apabila 70 % jumlah bobot belum dicapai oleh perolehan nilai siswa individu. Dari olah nilai itu didapat rata-rata kompetensi siswa dalam satu kelas di satu mata pelajaran.
Ternyata menganalisis tidak begitu susah dilakukan. (bersambung).