Sabtu, 22 April 2017

Warna-warni Puisi di Lumbung Puisi Jilid V



Warna-warni Puisi
di Lumbung Puisi Jilid V
   Aneka warna puisi kita kali ini sungguh membuat geli dari yang malu-malu sampai transparan blak-blakan, adajuga yang dibungkus rapih tapi ada yang dibungkus tetapi tetap 'merangsang dibaca, kita simak puisi berjudul Onani ini Karya : Aang AK berjudul Onani:
//Setetes damai
Gagal meringkuk diam
Di pojok ruang
Mencabik-cabik diri sendiri
Mencari-cari pintu di mana//
Sajak pendek yang tentu penuh arti ini membuat tersenyum kita semua.
   Puisi juga merupakan ungkapan pengalaman kehidupan diri dan bathin diri penulisnya, apalagi puisi bertema sex. Tak akan dapat memberi jelas kalau tidak merasakannya dengan paca indera yakni melihat klejadiannya atau merasakan bagaimana, seperti apa sex itu. Hal ini merupakan tantangan yang sangat sulit bagi mereka yang masih belum merasakan (belum menikah) atau bagi sebagian orang yang memiliki pandangan bahwa sex adalah sesuatu yang sangat tabu untuk diungkapkan.
Mari kita simak beberpa puisi karya penyair kita di Lumbung Puisi jiliod V ini:
//.......................... Di laut tak bernama kita menjelma buih dan bara bergantian
Berenang ke segala warna
Harum nafas dari lubang hidung mengusir pengap dada
pengembara yang lincah lirih menari di lingkar puting
Di perbukitan, tebing dan lembah juga di gua yang bersembunyi
Dalam rimbun pepohonan
Di laut tak bernama
Kita menjelma sepasang sayap
Terbang ke setiap ruang bergetar dalam rimbun nikmat
Gua garbha telah menemukan penghuninya
Aroma narwastu telah menuntun kita
Ke arah cahaya yang paling terang// .
Bagi Seorang gadis Ni Made Rai Sri Antini , sex adalah sesuatu yang pasti akan ditemuinya bagi perempuan normal.
   Terlepas dari kandungan sastra dalam puisi dalam puisi modern justru ide mengetengahkan sesuatu yang unik menjadi trend para penyair modern. Pilihan kata mereka tak diabaikan tetapi penangkapan ide isi puisi sungguh sesuatu yang sangat mendominasi karya-karya puisi modern dewasa ini. Dalam Lumbung puisi jilid V yang bertema sex , ide-ide judul puisi muncul warna-warni sehingga merupakan suguhan antologi yang sangat enak dibaca. Penyair Nur Komar menulis terang-terangan lewat Perkasaku . Sebuah puisi pendek yang cukup manis :
//Burungku cuma satu
sejak Ibu mengandungku
Bukti keperkasaan
jangan sepelekan
Coba lihatlah sambil telanjang
buat pikiranmu sedikit panjang
Bulunya lebat dan indah
lima daya punya gairah
Ya, burungku tegak berdiri
kujaga biar tidak dikebiri
Oh, tempelkan sayang di gunduk dadamu
rasakan hangatnya merasuk dalam jiwamu//
   Mari kita simak penggalan puisi karya Novia Rika berjudul "Cinta yang Terbagi di Ranjang" : //........................./ayah mencari-cari celah
sisa kehangatan di dada ibu
yang telah terjamah dan terbagi-bagi
malam ini purnama mekar sempurna
dan keringat di leher ibu bagai kalung mutiara
menetes di dada ayah yang merindu
ibu jadi kekasihnya lagi
dan ia berbisik,
"tunjukkan cintamu sayang"//
   Kebahagiaan wanita adalah ketika melahirkan anak-anaknya, Kasih sayang itu membuatnya lupa bagaimana harus membagi cinta dengan sang suami. Bahkan harus membagi manakala sang suami mencari celah celah cinta itu. Novia Rika mencoba menceritakan ini dalam puisinya.
   Lagi sebuah puisi sex yang dikemas apik oleh Marthen Luther Reasoa dari Ambon berjudul “Perawan Bercinta”. Sedikit seperti kebanyakan puisi lain tetapi setelah membaca kita akan mengetahui maksudnya bahwa ini adalah sebuah pendidikan sekaligus peringatan bahwa bagi yang pertama mengalami.
//...................../Lalu kutelan ludah pelan-pelan
Nikmat ini masih terasa
Sebab ciuman hanya menyisahkan bekas yang panas ketika senja terlentang
dan membiarkan dirinya kutiduri

kita berlayar, melepas temali sadar
jauh dari dermaga yang gila
kepada keindahan getar
di antara pusar-pusar yang asyik melingkar

di atas gelombang kita masih bimbang
memikir perasaan yang hilang
barangkali itu tentang kecemasan
yang telah kita tambatkan//

sebuah potret penyesalan telah diketengahkan oleh Marthen Luther Reasoa, seorang penyair pandai mengungkap dan menjadi apa saja.
Membaca antologi ini semakin hangat rasanya, sehangat puisi-puisi penyair-penyair kita yang tentu berjiwa hangat pula. Banyak puisi perlu disorot dalam antologi ini, tetapi apresiasi pembaca lebih penting bagi seorang penyair. Dalam antologi ini suguhan sederet penyair akan memberi rasa sejati tentang sex.
   Antologi ini semakin cantik dan hangat dengan kehadiran penyair-penyair dari berbagai penjuru nusantara seperti : Abu Ma’mur MF, Ade Sri Hayati, Andi Surya, Agung Wig Patidusa, Agus Sighro Budiono, Agustav Triono, Af Dhal, Heran, Anggoro Suprapto, Artvelo Sugiarto,  Arya Setra,  Asep Dani, Bayu Aji Anwari, Dasuki Kosim, Djemi Tomuka,  Eddy Pramduane, Eko Saputra Poceratu, Eri Syofratmin, Gampang Prawoto, Harmany, Hasan Maulana A. G,  karya-karya mereka tidak saja enak dibaca tetapi juga sangat mempesona.
   Sajian puisi-puisi bertema sex mengangkat aneka peristiwa, tidak saja fenomena yang sering dijumpai tetapi juga memberi pengetahuan pada pembaca bahwa sex memerlukan pendidikan yang sangat penting dan bukan sesuatu yang tabu. Mari kita lihat puisi karya Slamet Unggul berjudul “Engkoulah Wanita Simpananku”
//..............Dalam menuju puncak hasrat kepuasan
Saling berbagi kenikmatan
Menggapai mimpi tidak tertidur
Menuju bulan
Bersama mengarungi samudra cinta berbuah dusta
Antara kita
Di sana
Engkau tetap wanita simpananku
Yang tersayang//.
   Selanjutnya penyair penyair Mohamad Amrin/Amrin Moha, Mohamad Iskandar, Muhammad   Daffa, Muhammad Lefand, Muakrim M Noer, Munadi Oke, Najibul Mahbub, memberi warna lain yang menambah hangatnya antologi ini.
Seperi yang lain,’ Permainan Lidah oleh Salimi Ahmad memiliki arti yang luas berikut petikannya
//Permainan lidahmu sudah seperti belitan ular sanca. Menari-nari di antara rongga mulut. Mengacaukan pikiranku. Laksana telah membawaku ikut berlari. Dan aku merasa lelah, menerobos tempat yang tak pernah kukenali. Tak pernah kusinggahi. Tapi kutahu betul, apa arti perayaan, yang berakhir di tengah malam./Kau lumat pikiranku dengan lidah dan mulutmu./Sekujur tubuhku kau siram dengan wewangian yang kau pungut entah dari buku apa, siapa penulisnya. Kau kutip wejangan bijak, seraya sambil berbisik mesra dengan satu desahan yang teramat muskil untuk kutolak. Tapi ketika kau sebut namanya, tak pernah kukenali dia pernah hidup di mana./.........//.
Di lain puisi Nunung Noor El Niel menggambarkan bagaimana keistimewaan perempuan dengan keahliannya membuat ‘sambel. Begini petikannya:
//............./dengan sambal buatanku, lidahmu 
akan terlipat-lipat oleh hasrat 
untuk mencicipi setiap ulekan sambalku
mungkin kau akan terpejam atau terbeliak
menahan setiap kepedasan 
pada rongga mulutmu hingga tak ada
sepatah katamu pun yang terucap

sebab sambalku tak beraksara tapi bermakna
untuk makan siangmu yang mungkin selalu 
tertunda dan sia-sia //
   Juga penyair-penyair Osratus, Rahmat Basuni, Riswo Mulyadi, Sami’an Adib, Sapin, Senandung Pusara/Eka Rs, Shonhaji Muhammad, Sokanindya Pratiwi Wening, Suhaeli, Supi El-Bala, Syahriannur Khaidir, Syarif hidayatullah, Thomas Haryanto Soekiran, Tosa Poetra, Wadhie Maharief, Wardjito Soeharso, Winar Ramelan.
Aklhirnya sampai pada penghujung puisi yang ditutup dengan puisi
tentang "Puting Ibu" karya
Zaeni Boli
//Apa yang lebih sutra
Tubuh tubuh telanjang
Atau berita di Televisi
Warna koran warna warni
Puting Ibu digigit bocah
Yang tak pernah bisa mengeja Indonesia Raya//.
   Tentu saja penulis tidak dapat mengulas  dan menyoroti puisi-puisi di antologi ini satu-per satu, pendek kata warna-warni puisi yang diketengahkan dalam antologi ini sungguh memberi kesan tersendiri bahwa Lumbung Puisi adalah lumbungnya puisi penyair Indonesia.
(*Rg Bagus Warsono, penyair dan kurator sastra tinggal di Indramayu)

Puisi-puisi Lumbung Puisi Jilid V, 1-4



1.
Aang A.K
Pertemuan

kau hanya bertukar kabar denganku tentang kertas
dan tinta bisu. tapi, semburat yang terbias oleh mata bulanmu
telah menabuh genderang asmara di sulur-sulur sukma
membuncahkan gejolak asing. tumbuh ilalang liar
menasbihkan rindu dalam rasa gamang. kesendirian itu
terancam sudah

kau yang melangkah segemulai dayang-dayang hujan
kau paksa lindap bawah sadarku menjadi diari tentangmu
menerbangkan angan. nafas tertawan.ladang-ladang kemarau pun
tersiram sudah.

kau tebar paku-paku di sepanjang lorong waktu
di setiap jalan yang kutuju, yang membuatku berhenti
dan harus mendorong kendara jiwa kembali datang padamu
menambal sesuatu yang bocor.  sambil berbagi cerita tentang kertas
dan tinta bisu. bertadarus dalam hidup yang kian samar
yang kian makar.

Aang A.K
Onani

Setetes damai
Gagal meringkuk diam
Di pojok ruang
Mencabik-cabik diri sendiri
Mencari-cari pintu di mana


















Aang A.K,  sehari-hari beraktivitas sebagai salah seorang karyawan bank swasta di Jakarta dan juga seorang pemadat jalan di ibukota negara.





2.
Abu Ma’mur MF

Panduan Bercinta ala Santri
mengulang percintaan sakral abah yai adam bu nyai hawa menikmati tiap jengkal ladang menanam bijih berunsur getar dan makna melampaui diksi dan bahasa-bahasa

sebab percintaan adalah kerjap ilahiyah maka mulailah dengan menghadirkanNya dalam kepala, dada, menyebar ke tiap pori-pori di sekujur diri. biarkan air suci mengalir bersama percikan-percikan doa melenyapkan daki jiwa

“bismillahi allohumma jannibnas syaithona
wa jannibisyaithona maa rozaqtana“*

bercakap-cakap dengan bahasa mawar membangkitkan nuansa perlahan dan mengilaukan mestika, lalu segala yang melekat di badan disingkapkan hingga tiada aral

bersenyawa dalam satu selimut adalah sejenis kemuliaan pembeda antara manusia dengan binatang yang tak kenal susunan benang apalagi rajutan peradaban

gemetar gerak sakral berpendaran, segalanya menyatu dalam puncak rasa melampaui kekata dan definisi  kebahagiaan membuncah dalam ruang dada juga doa-doa cahaya
Brebes, 2017
Abu Ma’mur MF

Seni Bercinta ala Tao
 (1)
perihal utama dalam hidup adalah kehidupan
menjalani dengan pemahaman menjadi kunci
merawat kesehatan menjadi jalan keniscayaan
dan keseimbangan memancarkan keselarasan

jing (esensi), chi (energi), shen (spririt) dalam
jagad mikrokosmos bersinergi menggerakkan
kehidupan diri, bertaut dengan makrokosmos

(2)
bercinta bukan melulu menaklukkan lenguh demi lenguh
bercinta tak sekedar petualangan menuntaskan debur
bercinta tak pula hanya menyelesaikan lahar di atas kasur

bercinta: gerak transendental selaraskan energi bumi-langit
dualitas yin-yang bersenyawa. chi ching* menyebar ke seluruh
atom-atom tubuh. hormon cinta berpendaran
memancarkan kesunyian yang mencerahkan

 (3)
kenikmatan dan pencapaian bukan lantaran ukuran
teknik dan pemahaman yang menyatu adalah penentu

(4)
membersihkan comberan di kepala dan dada menjadi langkah
pertama. selanjutnya menumbuhkan bijih api perlahan-lahan.
perlahan-lahan. meremas kaki dan tangan memicu nyala tungku
terus merambat ke atas sampai liuk gemulai menghadirkan tanda

(5)
bidadari bumi menggelinjang sampai ke awan terbaca melalui
lima tanda: pertama, wajah merona. maka saatnya pria
memainkan tongkat giok di sekitar area rahasia.
kedua, sepasang gunung menggelembung, dan bulir-bulir embun
rembes di sekitar hidung. pria mesti perlahan membenamkan
sesuatu ke dalam gerbang permata. ketiga, ada kemarau menerpa
bibir dan tenggorokan, sukar menelan. pria, mainkan ritme dalam
memainkan batang giok, antara tangguh menyelamkan dan
menarik sepenuh kelembutan. keempat, ada air dan kilap
di gerbang permata. inilah saatnya menuju puncak nirwana.
mainkan. mainkan. ciptakan orkestrasi paling menghanyutkan.
kelima, gerbang permata menjadi rawa-rawa. ritual paling
spiritual telah purna. sudah waktunya batang giok diambil
dan diletakkan dalam peti seperti semula.

Ketanggungan, 2017

ABU MA'MUR MF, seorang petani puisi dan pecandu kopi serta buku. Lahir di Tegal dan bermukim di Brebes. Puisi-puisi dan tulisannya tersebar di Horison, Suara Merdeka, Wawasan, Muslimah, Sabili, Perkawinan dan Keluarga, Kabar Pesisir, dsb. Sejumlah puisinya juga termuat dalam Bunga Rampai di antaranya: Persetubuhan Kata-kata (Taman Budaya Jawa Tengah, 2009), Ngranggeh Katuranggan (Yayasan Pustaka, 2009), Munajat Sesayat Doa (FLP Riau, 2011), Antologi Puisi 107 Penyair Indonesia dan Malaysia (Lesbumi, 2012), Balada Asu (Yayasan Pustaka, 2012), Dialog Taneyan Lanjang (Majlis Sastra Madura, 2013), Ganti Lakon Sintren Dadi Ratu (Kampung Seni Kota Tegal, 2014), Puisi Menolak Korupsi Jilid 4: Ensiklopegila Koruptor (Forum Sastra Surakarta, 2015), Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid III (Sibuku Media, Yogyakarta, 2015), Memo Anti Terorisme (Forum Sastra Surakarta, 2016), Pasie Karam (Antologi Puisi Temu Penyair Nusantara pada Pekan Kebudayaan Aceh 2016) Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid IV (Sibuku Media, Yogyakarta, 2016), Yogya dalam Nafasku (Antologi Puisi pada Seminar Internasional Sastra Antarbangsa, Balai Bahasa DIY, 2016), Kumpulan Puisi Kopi 1.550 MDPL (The Gayo Institute, Aceh, 2016) Antologi Puisi dari Negeri Poci 7 (Kosa Kata Kita, Jakarta, 2017).Pernah meraih juara 1 lomba baca puisi tingkat provinsi (2008) dan juara 1 lomba cipta puisi tingkat nasional (2016). Kini aktif di Dewan Kesenian Kabupaten Brebes.


3.
Ade Sri Hayati

Aku Rindu Pekat malam

aku rindu pekat malam yang ramai,
rindu sekali sayang,
bahkan keluhmu adalah keluh yang bisa aku sentuh dari jarak ribuat meter.
namun sayang,
kini tuhan memisahkan pola mu dengan pikirmu. kekatamu masih ingat pada persis jam satu malam telah lelap
"jangan pernah menunggu hujan"
aku pun menggaruk kepala dengan teriak ku dalam jiwa "
tidak,
aku hanya cukup menunggu embun yang akan menetes dalam pagi,
dan akan keluar dengan bercumbu padanya".







Ade Sri Hayati, S.Pd. kelahiran 17 November 1994. alamat Juntikebon gang sukun rt/07/r01 kecamatan Juntinyuat, kabupaten Indramayu. kini tercatat sebagai salah satu mahasiswa pascasarjana Unswagati Cirebon



4.
Andi Surya
Aku Secarik Kertas Putih

seorang gadis yang pernah khilaf di pergaulan bebas

Aku secarik kertas putih
masih bersih
belum ada sedih
pun juga kasih

Lalu aku kenal pena
tegak gagah rupanya
elok mempesona
aku jadi jatuh cinta

Ini kisahku bersama sang pena
kita saling mendukung
mengukir kisah
menulis cerita bersama
dia goreskan tinta padaku
meski sakit namun ini tak pahit
terasa tertekan namun selalu kutahan
biarkan semua ini terjadi
karena aku sudah jatuh cinta
lalu pena menggoresku keras
amat keras
sakit tiada ampun
bukan kepalang
melayang-layang
aku robek seketika

Kini aku secarik kertas putih yang bolong
Pena enggan setia
aku kini terlengkuk kasar
seperti bola
terlempar, terhempas ke pembuangan
terabaikan oleh pena
aku jadi secarik kertas lusuh yang terbuang
aku hanya sempat khilaf
terbuai nikmat goresan pena
ternyata dusta
hanya sementara
sekarang aku anggap aku ini secarik kertas yang telah hina

Kereta Jayabaya, Jakarta - Surabaya. 28012017


















Andi Surya
Gini ini Gitu itu

ini yang belum tahu untuk itu
hampir salah jadi gini (perut membesar)
hampir juga dibuat gitu
ngawur asal siap mabur
ini udah siap-siap sendiri
padahal buat jadi gitu
bukan asal gini
bukan aahh
tapi sah
baru bisa gini gitu
kalau belum
jangan gegabah
beginian tidak asal digituin

Blitar, 20 Maret 2017









Andi Surya , aslinya Gregorius Andi penyair kelahiran Blitar 10 Januari 1998, aktif menulis puisi dan tinggal di Ciomas Bogor.