Puisi dengan Nuansa Kearifan Lokal
(sebuah pengantar puisi-puisi Anisah)
Sebuah rekam jejak yang baik bagi seorang penyair daerah dengan karya menasional yaitu melekatkan namanya dengan kondisi tempat tinggalnya. Sebuah teknik pengenalan nama penyair yang kokoh sekokoh dan abadi nama daerahnya.
Banyak orang (penyair) bermimpi bahwa ibukota menjadi corong yang baik popularitas seseorang. Ternyata di masa ini anggapan itu adalah kekeliruan. Justru daerah menjadi pijakan yang baik untuk menuju tangga popularitas nasional. Berikut kita tampilkan puisinya :
Anisah
Candi Borobudur
Berdiri tegak di perut Bukit Menoreh
Penuh pesona
Menggelora
Di hati semua
Wisatawan datang silih berganti
Menimati kemegahan
Warisan nenek moyang yang adi guna
Zaman kebodohan
Zaman kemaksiatan
Terbentang dalam Kamadatu
Melalui proses masyarakat nenuju situasi kebajikan
Akhinya tibalah
Mencapai tahap Arupadatu
Srumbung, November 2019
Anisah
Relief Borobudur
Di tepi hutan
Hiduplah kera dan kerbau
Selalu bersama
Kerjanya
Tapi
Kera nakal
Mengganggu
Menggoda
Selalu
Pada kerbau
Kerbau tidur
Kera pun
Naik ke punggungnya
Lalu
Menarik-narik kupingnya
Kerbau minum
Di sungai
Ekor ditarik kera
Saat merumput
Kera mengambil ranting
Dan
Menusuk
Sang kerbau
Kerbau sabar
Tak hiraukan
Kera nakal
Hingga kera
Penasaran
Mengapa tak ada balasan dari Sang Kerbau
Yaksa datang dan bertanya
Mengapa kerbau
Diam?
Yaksa, kera sahabatku
Ia lemah
Walau nakal
Harus dilindungi
Yaksa menurunkan kera dari punggung
Yaksa
Memberi mantra
Pada sang kerbau
Agar terlindung
Dari
Bahaya
Bencana
Yang mengancam
Borobudur, November 2019
Kearifan lokal yang diangkat dalam puisi-puisi Anisah, seorang pustakawan di sebuah sekolah menengah pertama, yang tekun dibidangnya namun juga jeli melihat sekeliling sebagai sesuatu yang layak dijual. Di daerahnya di lembah Merapi yang berdeklatan dengan Boroibudur dengan nilai-nilai tradisi yang melekat serta budaya masyarakat kampung memapu diketengahkan dalam proses pencariannya sebagai penyair yang tidak saja mampu berbicara lewat puisi tetapi juga mampu memberi warna sastra saat ini dimana nilai-nilai kearifan lokal itu diserap lewat puisi (bersambung)
(sebuah pengantar puisi-puisi Anisah)
Sebuah rekam jejak yang baik bagi seorang penyair daerah dengan karya menasional yaitu melekatkan namanya dengan kondisi tempat tinggalnya. Sebuah teknik pengenalan nama penyair yang kokoh sekokoh dan abadi nama daerahnya.
Banyak orang (penyair) bermimpi bahwa ibukota menjadi corong yang baik popularitas seseorang. Ternyata di masa ini anggapan itu adalah kekeliruan. Justru daerah menjadi pijakan yang baik untuk menuju tangga popularitas nasional. Berikut kita tampilkan puisinya :
Anisah
Candi Borobudur
Berdiri tegak di perut Bukit Menoreh
Penuh pesona
Menggelora
Di hati semua
Wisatawan datang silih berganti
Menimati kemegahan
Warisan nenek moyang yang adi guna
Zaman kebodohan
Zaman kemaksiatan
Terbentang dalam Kamadatu
Melalui proses masyarakat nenuju situasi kebajikan
Akhinya tibalah
Mencapai tahap Arupadatu
Srumbung, November 2019
Anisah
Relief Borobudur
Di tepi hutan
Hiduplah kera dan kerbau
Selalu bersama
Kerjanya
Tapi
Kera nakal
Mengganggu
Menggoda
Selalu
Pada kerbau
Kerbau tidur
Kera pun
Naik ke punggungnya
Lalu
Menarik-narik kupingnya
Kerbau minum
Di sungai
Ekor ditarik kera
Saat merumput
Kera mengambil ranting
Dan
Menusuk
Sang kerbau
Kerbau sabar
Tak hiraukan
Kera nakal
Hingga kera
Penasaran
Mengapa tak ada balasan dari Sang Kerbau
Yaksa datang dan bertanya
Mengapa kerbau
Diam?
Yaksa, kera sahabatku
Ia lemah
Walau nakal
Harus dilindungi
Yaksa menurunkan kera dari punggung
Yaksa
Memberi mantra
Pada sang kerbau
Agar terlindung
Dari
Bahaya
Bencana
Yang mengancam
Borobudur, November 2019
Kearifan lokal yang diangkat dalam puisi-puisi Anisah, seorang pustakawan di sebuah sekolah menengah pertama, yang tekun dibidangnya namun juga jeli melihat sekeliling sebagai sesuatu yang layak dijual. Di daerahnya di lembah Merapi yang berdeklatan dengan Boroibudur dengan nilai-nilai tradisi yang melekat serta budaya masyarakat kampung memapu diketengahkan dalam proses pencariannya sebagai penyair yang tidak saja mampu berbicara lewat puisi tetapi juga mampu memberi warna sastra saat ini dimana nilai-nilai kearifan lokal itu diserap lewat puisi (bersambung)