Senin, 27 Agustus 2018

.Sami’an Adib

27.Sami’an Adib, lahir di Bangkalan tanggal 15 Agustus 1971. Antologi puisi bersama antara lain: Requiem Buat Gaza (Gempita Biostory, Medan, 2013), Menuju Jalan Cahaya (Javakarsa Media, Jogjakarta, 2013), Ziarah Batin (Javakarsa Media, Jogjakarta, 2013), Cinta Rindu dan Kematian (Coretan Dinding Kita, Jakarta, 2013), Ensiklopegila Koruptor, Puisi Menolak Korupsi 4 (Forum Sastra Surakarta, 2015), Memo untuk Wakil Rakyat (Forum Sastra Surakarta, 2015), Kata Cookies pada Musim (Rumah Budaya Kalimasada Blitar, 2015), Merupa Tanah di Ujung Timur Jawa (Universitas Jember, Jember, 2015), Kalimantan Rinduku yang Abadi (Disbudparpora Kota Banjarbaru-Dewan Kesenian Kota Banjarbaru, 2015), Memo Anti Terorisme (Forum Sastra Surakarta, 2016), Arus Puisi Sungai (Tuas Media, 2016), dan lain-lain. Aktivitas sekarang selain sebagai tenaga pendidik di sebuah Madrasah di Jember, bergiat juga di Forum Sastra Pendalungan, Bungo.




Buanergis Muryono


28.Buanergis Muryono, Lahir di Gunung Muria Jepara 11101966. Hidup sebagai seniman
Terus berkarya sepanjang zaman. Menulis adalah jalan hidupnya hingga melahirkan aneka tulisan untuk koran, majalah, radio, tv, film, animasi.
Mendirikan Sanggar Mariska bersama Cindy Shirley 
Guru Besar Javanologi 
Konsultan Art and Culture






Mo Amrin

29. Mo Amrin, Lahir di Karangampel Indramayu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UNWIR Indramayu. Puisi-puisi dimuat di Harian Radar Cirebon (Jawa Pos Group). Antologi Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia (2014), Antologi Pusi Penyair Indonesia Bertema Margasatwa (2016), Antologi Bersama Moratorium Senja (2016), Antologi Bersama Kolaborasi Karya (2016), Antologi Bersama Di Balik Tulisanku Aku Bercerita (2016), Antologi Bersama Di Balik Jendela Demokrasi (2016), Antologi Bersama Satu Nusa Satu bangsa (2016), Antologi Bersama Sajak Pujangga Negeri (2016), Antologi Negeri yang Terluka (2016). Antologi bersama Rasa Sejati (2017), Antologi Bersama Tadarus Puisi (2017). Tinggal di Desa Sampiran Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon dan menjadi jurnalis media elektronik.

Iwan Bonick,



30.Iwan Bonick, Pedagang barang bekas di kampung Teluk Angsan Bekasi. Menulis di banyak Antologi Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia. Bersama 8 Penyair menulis antologi Mencari Ikan Sampai Papua 2018.


Sukma Putra Permana


33.Sukma Putra Permana, lahir di Jakarta, 3 Februari 1971. Bergiat di Komunitas Belajar Menulis (KBM) Yogyakarta. Puisinya a.l. dimuat dlm: Semesta Wayang (2015), Klungkung: Tanah Tua, Tanah Cinta (2016), Antologi Puisi DNP 7: Negeri Awan (2017), dan Antologi Puisi DNP 8: Negeri Bahari (2018). Buku puisi tunggalnya: Sebuah Pertanyaan Tentang Jiwa Yang Terluka (2015)..  

Sutarso


34. Sutarso , nama lainnya Osratus, Lahir di Purba lingga (Jawa Tengah), 08 Maret 1965.Pindah ke Sorong (Papua Barat), tahun 1981.Menulis puisi sejak 1981. Puisinya dibukukukan dalam antologi bersama di dalam negeri maupun di luar negeri. Pernah menjadi staf pegajar di STKIP Muhammadiyah Sorong (2006 – 2010). Sekarang, menjabat sebagai Kepala Bidang Pencatatan Sipil pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Tambrauw. Alamat: Jalan Basuki Rahmat Km. 7 (Kompleks Kantor Transmigrasi lama), Kota Sorong, Provinsi Papua Barat.

.Arya Setra

35.Arya Setra, penyair sekaliguis seniman ini telah menulis di beberapa antologi bersama nasional dan tingal di Pasar Seni Jakarta.

Barlean Aji,


37.Barlean Aji, penyair asal Jember karyanya banyak mengisi antologi bersama nasional.

.Yanti S Sastro Prayitno


38.Yanti S Sastro Prayitno adalah nama pena dari Sriyanti, yang dilahirkan di Sragen, 5 Februari 1969). Ia menyelesaikan S1 dan S2 di Jurusan Kimia FMIPA UGM, sekarang mengajar di Departemen Kimia Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro (1994-sekarang).

Uyan Andud


40. Uyan Andud (Kediri)
nama dalam facebook dengan nama asli Suyanto. Saya dilahirkan di sebuah kabupaten Kediri pada tgl 4 September 1971. Pendidikan dari SD sampai SPG di kabupaten Kediri dan melanjutkan pendidikan di Universitas Wisnu Wardana (Unida) Malang. Sekarang tinģgal di kab.Kediri.

Ahmad Setyo

41.Ahmad Setyo lahir dan besar di kota kecil Slawi - Tegal. Namun lebih dari 30 tahun ia hidup dsn tinggal di Jakarta. Komunitas seni Bulungan pernah dirambahnya dengan bergabung di Teater Aquila Jakarta tahun 1987 hingga 1993. Kesukaannya menulis selain dulu sebagai Wartawan, bapak dari 4 orang anak ini , bersama Rd Nanoe Anka seorang dedengkot seniman Bulungan, mendirikan kelompok Alinea Baru Jakarta. sebuah wadah kreatifitas bersastra. 3 buku antologi telah dihasilkan kelompok ini yakni Ketika Daun Jatuh, Daun Bersayap Awan dan Tanah Air Daun. Kini Ahmad Setyo selain berkesenian, menulis beberapa Cerpen dan rencana menerbitkan sketsa sketsa Kisah Cinta"Cinta Suci Sang Gayatri" yang kerangka ceritanya kerap muncul di akun FB nya Ahmad Setyo Bae.

Rabu, 22 Agustus 2018

Ndaru , Wanto Tirta

31. Wanto Tirta, Lahir dan besar di Desa Kracak Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas Jawa Tengah. Orang biasa saja, mengalir sampai jauh,...
Menulis puisi maupun geguritan.
Menerima penghargaan bidang sastra dari Pemkab Banyumas (2015). Penerima Nomine penghargaan Prasidatama Balai Bahasa Jawa Tengah, sebagai Tokoh Penggiat Bahasa dan Sastra Jawa (2017).
Bermain teater dan Kethoprak. Bergiat di Komunitas Orang Pinggiran Indonesia (KOPI), teater Gethek, Paguyuban Kethoprak Kusuma Laras.

Cegak Oleng , Muhmmad Muakrom

36. Muhammad Mukarom, berasal dari kota Gresik. Telah aktif di kepenulisan sejak 2016.

Yai Bengawo, Alek Brawijaya

39. Alek Brawijaya, lahir 11 mei 1992 di Teluk Kijing, Musi Banyuasin. Tulisannya pernah dimuat diberbagai media lokal dan nasional, serta tergabung dalam beberapa antologi bersamaYai 

Kemanusiaan Milik Kita , Cuk Ardi


32. Cuk Ardi, seorang penyair dalam Grup Fb Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia. Menulis di Tadarus Puisi Sedekah Puisi 2018.

Geliat Kecemasan, Muhammad Iskandar

42. Mohamad Iskandar Penulis puisi kelahiran Demak. Sedang bergiat di komunitas Competer Semarang. Puisinya termaktub di puluhan antologi bersama dalam dan luar negeri, dapat dihubungi 

Aksi Yohanes (Joni), Bocah yang lahir dikala krisis fundamental nasionalisme Republik Indonesia.

Aksi Yohanes (Joni), Bocah yang lahir dikala krisis fundamental nasionalisme Republik Indonesia.

Dikala banyak antek-antek asing yang ingin memecah belah persatuan dan persatuan NKRI, bahkan ada yang berani mengibarkan bendera lain di negeri ini. Tepat tanggal 17 Agustus 2018 di Nusa Tenggara Timur bocah kecil Yohanes alias Joni membuat decak kagum akan jiwa dan naluri kebangsaan dan nasionalisme justru terdapat pada anak kecil ini. Ia mampu memecahkan permasalahan pelik dan memalukan disaat petugas Paskibra mengerek bendera Merah Putih dalam Upacara Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan.

Selasa, 31 Juli 2018

Pencakar Langit Masyono Bunergis Muryono.

Membaca puisi penyair ini, adalah membaca (seakan) membaca diri. penuh nasehat dan petuah. Seakan teman selagi gundah gulana atau tengah murung. Ibarat jamu, antologi ini penyegar rasa sekaligus penyembuh lara. Bacaan yang enak dibaca, Puisi-puisinya tampak bermakna, ringan namun bernas, seringan antologi yang dapat dibawa kemana-mana.


Mari kita sorot Hujan. Sebagaimana tempat tingal penyair ini, Bogor identik dengan hujan dan Indramayu identik dengan kemarau. Bogor adalah kota paling banyak memperoleh hari hujan terbanyak dalam setahun di Indonesia. sedang desa yang tidak pernah diberi hujan adalah di desa Belik di Pemalang Jawa Terngah. Entah karena apa dua tempat ini yang satu mendapat curah hujan terbanyak dalam setahun dan yang lain tidak sama sekali, yang jelas disinilah keagungan Allah di alam Nusantara ini.

Hujan

//Aku bicara pada langit
diam
kilat menggeliat diiringi guruh
aku mengguman pada langit
termenung
seiring mendung bergulung disapu angin
ledakan halilintar menggeliatkan pecahan cahaya angkasa
raya
hujan
sapaku perlahan.....//

Goresan tangan Mas Yono Buanergis Muryono meyakinkan sebagai penyair profesional dengan pilihan diksi yang indah dan tatanan bahasa yang apik. Dan ini menunjukan mutu bahwa puisi tidak ditulis sembarangan seperti penyair yang memiliki omong besar tetapi karyanya tak bermutu. Mas Yono Buanergis Muryono memintal dan merajut benang kata-kata dengan apik dan indah, ia penyair sesungguhnya.
(bersambung)

Tak Kulihat Lagi Becak di Kotaku Rg Bagus Warsono






Tak Kulihat Lagi Becak di Kotaku

Rg Bagus Warsono

Tak kulihat lagi becak hari ini dan di pangkalanmu
yang kini menjadi taman perempatan kota denga tugu yang memperingatimu
bahwa kau tak diperlukan lagi.
Becak kemana pergi entah mulai kapan
sejak pagi atau kau mengurung diri di halaman rumahmu
dengan tangis anaka-anak dan istri
karena bapak kehilangan gemerincing suaramu.
Mula kau dibiarkan berkarat
dan tiba-tiba banmu kempes
satu persatu baud dan mur lepas
sedang kanvas kerudung becat terbakar
menjerit hati abang becak
bersama tangis istri cdan anak-anak
Hilang bersama becak di depan sekolah
Becak pun dipaksa bermesin tempel
lalu mengganti roda-roda jari-jarimu
dan ketika kau disuruh memegang hand phone
pedal becak itu sudah tiada
diiring air mata
becak termakan sejarah
kau tetap dikenang abang becakku,

Indramayu, 30 Juli 2018

Becak karya Rg Bagus Warsono


Becak,

Becak berjajar menunggu penumpang,
harap rezeki di hari ini,
becak cemas hampa,
dapur istri hanya air mendidih tanpa beras.
Becak melayang,
penumpang senang,
keringat bercampur bayang sesuap nasi.
Becak melaju kencang tanpa penumpang,
gemerincing perut lapar ,
hanya sekilogram beras.Becak menanti ,
berrebut,
dan kadang semrawut,
becak digalang truk ,
dibuang laut.
Duhai teman bukankah sama dengan kita makan untuk hidup ,betapa susahnya mendapatkan makan.
Beri kesempatan rezeki, teman.
(Rg Bagus Warsono)