27.Sami’an Adib, lahir di Bangkalan tanggal 15 Agustus 1971. Antologi puisi bersama antara lain: Requiem Buat Gaza (Gempita Biostory, Medan, 2013), Menuju Jalan Cahaya (Javakarsa Media, Jogjakarta, 2013), Ziarah Batin (Javakarsa Media, Jogjakarta, 2013), Cinta Rindu dan Kematian (Coretan Dinding Kita, Jakarta, 2013), Ensiklopegila Koruptor, Puisi Menolak Korupsi 4 (Forum Sastra Surakarta, 2015), Memo untuk Wakil Rakyat (Forum Sastra Surakarta, 2015), Kata Cookies pada Musim (Rumah Budaya Kalimasada Blitar, 2015), Merupa Tanah di Ujung Timur Jawa (Universitas Jember, Jember, 2015), Kalimantan Rinduku yang Abadi (Disbudparpora Kota Banjarbaru-Dewan Kesenian Kota Banjarbaru, 2015), Memo Anti Terorisme (Forum Sastra Surakarta, 2016), Arus Puisi Sungai (Tuas Media, 2016), dan lain-lain. Aktivitas sekarang selain sebagai tenaga pendidik di sebuah Madrasah di Jember, bergiat juga di Forum Sastra Pendalungan, Bungo.
Sajian nasional informasi ilmu pengetahuan dan teknologi ,informasi umum, informasi pendidikan dan budaya.
Laman
- REDAKSI
- Berita Hari Ini
- Daftar Propinsi di Indonesia
- Daftar Negara-negara di Dunia
- Sastrawan Indonesia
- Daftar Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia
- Kumpulan Syair Lagu Keroncong
- Perguruan Tinggi Islam Negeri di Indonesia
- Perguruan Tinggi Kedinasan di bawah Kementerian
- Daftar Penerima Nobel
- Daftar Gunung di Indonsia
- Daftar Juara All England
- Daftar Juara Thomas Cup
- Daftar Presiden Amerika Serikat
- Daftar Lagu Nasional
- Daftar Sastrawan
- Penyair Tadarus Puisi
Senin, 27 Agustus 2018
Buanergis Muryono
28.Buanergis Muryono, Lahir di Gunung Muria Jepara 11101966. Hidup sebagai seniman
Terus
berkarya sepanjang zaman. Menulis adalah jalan hidupnya hingga melahirkan aneka
tulisan untuk koran, majalah, radio, tv, film, animasi.
Mendirikan
Sanggar Mariska bersama Cindy Shirley
Guru Besar
Javanologi
Konsultan Art
and Culture
Mo Amrin
29. Mo Amrin, Lahir di Karangampel Indramayu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UNWIR Indramayu. Puisi-puisi dimuat di Harian Radar Cirebon (Jawa Pos Group). Antologi Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia (2014), Antologi Pusi Penyair Indonesia Bertema Margasatwa (2016), Antologi Bersama Moratorium Senja (2016), Antologi Bersama Kolaborasi Karya (2016), Antologi Bersama Di Balik Tulisanku Aku Bercerita (2016), Antologi Bersama Di Balik Jendela Demokrasi (2016), Antologi Bersama Satu Nusa Satu bangsa (2016), Antologi Bersama Sajak Pujangga Negeri (2016), Antologi Negeri yang Terluka (2016). Antologi bersama Rasa Sejati (2017), Antologi Bersama Tadarus Puisi (2017). Tinggal di Desa Sampiran Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon dan menjadi jurnalis media elektronik.
Sukma Putra Permana
33.Sukma Putra Permana, lahir di Jakarta, 3 Februari 1971. Bergiat
di Komunitas Belajar Menulis (KBM) Yogyakarta. Puisinya a.l.
dimuat dlm: Semesta Wayang (2015), Klungkung: Tanah Tua, Tanah Cinta (2016), Antologi Puisi DNP 7: Negeri Awan (2017),
dan Antologi Puisi DNP 8: Negeri
Bahari (2018). Buku puisi tunggalnya: Sebuah Pertanyaan Tentang Jiwa Yang Terluka (2015)..
Sutarso
34. Sutarso ,
nama
lainnya Osratus, Lahir di Purba lingga (Jawa Tengah), 08 Maret
1965.Pindah ke Sorong (Papua Barat), tahun 1981.Menulis puisi sejak 1981.
Puisinya dibukukukan dalam antologi bersama di dalam negeri maupun di luar
negeri. Pernah menjadi staf pegajar di STKIP Muhammadiyah Sorong (2006 – 2010).
Sekarang, menjabat sebagai Kepala Bidang Pencatatan Sipil pada Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Tambrauw. Alamat: Jalan Basuki
Rahmat Km. 7 (Kompleks Kantor Transmigrasi lama), Kota Sorong, Provinsi Papua
Barat.
Ahmad Setyo
41.Ahmad Setyo lahir dan besar di kota kecil Slawi - Tegal. Namun lebih dari 30 tahun ia hidup dsn tinggal di Jakarta. Komunitas seni Bulungan pernah dirambahnya dengan bergabung di Teater Aquila Jakarta tahun 1987 hingga 1993. Kesukaannya menulis selain dulu sebagai Wartawan, bapak dari 4 orang anak ini , bersama Rd Nanoe Anka seorang dedengkot seniman Bulungan, mendirikan kelompok Alinea Baru Jakarta. sebuah wadah kreatifitas bersastra. 3 buku antologi telah dihasilkan kelompok ini yakni Ketika Daun Jatuh, Daun Bersayap Awan dan Tanah Air Daun. Kini Ahmad Setyo selain berkesenian, menulis beberapa Cerpen dan rencana menerbitkan sketsa sketsa Kisah Cinta"Cinta Suci Sang Gayatri" yang kerangka ceritanya kerap muncul di akun FB nya Ahmad Setyo Bae.
Rabu, 22 Agustus 2018
Ndaru , Wanto Tirta
31. Wanto Tirta, Lahir dan besar di Desa Kracak Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas Jawa Tengah. Orang biasa saja, mengalir sampai jauh,...
Menulis puisi maupun geguritan.
Menerima penghargaan bidang sastra dari Pemkab Banyumas (2015). Penerima Nomine penghargaan Prasidatama Balai Bahasa Jawa Tengah, sebagai Tokoh Penggiat Bahasa dan Sastra Jawa (2017).
Bermain teater dan Kethoprak. Bergiat di Komunitas Orang Pinggiran Indonesia (KOPI), teater Gethek, Paguyuban Kethoprak Kusuma Laras.
Menulis puisi maupun geguritan.
Menerima penghargaan bidang sastra dari Pemkab Banyumas (2015). Penerima Nomine penghargaan Prasidatama Balai Bahasa Jawa Tengah, sebagai Tokoh Penggiat Bahasa dan Sastra Jawa (2017).
Bermain teater dan Kethoprak. Bergiat di Komunitas Orang Pinggiran Indonesia (KOPI), teater Gethek, Paguyuban Kethoprak Kusuma Laras.
Aksi Yohanes (Joni), Bocah yang lahir dikala krisis fundamental nasionalisme Republik Indonesia.
Aksi Yohanes (Joni), Bocah yang lahir dikala krisis fundamental nasionalisme Republik Indonesia.
Dikala banyak antek-antek asing yang ingin memecah belah persatuan dan persatuan NKRI, bahkan ada yang berani mengibarkan bendera lain di negeri ini. Tepat tanggal 17 Agustus 2018 di Nusa Tenggara Timur bocah kecil Yohanes alias Joni membuat decak kagum akan jiwa dan naluri kebangsaan dan nasionalisme justru terdapat pada anak kecil ini. Ia mampu memecahkan permasalahan pelik dan memalukan disaat petugas Paskibra mengerek bendera Merah Putih dalam Upacara Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan.
Dikala banyak antek-antek asing yang ingin memecah belah persatuan dan persatuan NKRI, bahkan ada yang berani mengibarkan bendera lain di negeri ini. Tepat tanggal 17 Agustus 2018 di Nusa Tenggara Timur bocah kecil Yohanes alias Joni membuat decak kagum akan jiwa dan naluri kebangsaan dan nasionalisme justru terdapat pada anak kecil ini. Ia mampu memecahkan permasalahan pelik dan memalukan disaat petugas Paskibra mengerek bendera Merah Putih dalam Upacara Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan.
Selasa, 31 Juli 2018
Pencakar Langit Masyono Bunergis Muryono.
Membaca puisi penyair ini, adalah membaca (seakan) membaca diri. penuh nasehat dan petuah. Seakan teman selagi gundah gulana atau tengah murung. Ibarat jamu, antologi ini penyegar rasa sekaligus penyembuh lara. Bacaan yang enak dibaca, Puisi-puisinya tampak bermakna, ringan namun bernas, seringan antologi yang dapat dibawa kemana-mana.
Mari kita sorot Hujan. Sebagaimana tempat tingal penyair ini, Bogor identik dengan hujan dan Indramayu identik dengan kemarau. Bogor adalah kota paling banyak memperoleh hari hujan terbanyak dalam setahun di Indonesia. sedang desa yang tidak pernah diberi hujan adalah di desa Belik di Pemalang Jawa Terngah. Entah karena apa dua tempat ini yang satu mendapat curah hujan terbanyak dalam setahun dan yang lain tidak sama sekali, yang jelas disinilah keagungan Allah di alam Nusantara ini.
Hujan
//Aku bicara pada langit
diam
kilat menggeliat diiringi guruh
aku mengguman pada langit
termenung
seiring mendung bergulung disapu angin
ledakan halilintar menggeliatkan pecahan cahaya angkasa
raya
hujan
sapaku perlahan.....//
Goresan tangan Mas Yono Buanergis Muryono meyakinkan sebagai penyair profesional dengan pilihan diksi yang indah dan tatanan bahasa yang apik. Dan ini menunjukan mutu bahwa puisi tidak ditulis sembarangan seperti penyair yang memiliki omong besar tetapi karyanya tak bermutu. Mas Yono Buanergis Muryono memintal dan merajut benang kata-kata dengan apik dan indah, ia penyair sesungguhnya.
(bersambung)
Mari kita sorot Hujan. Sebagaimana tempat tingal penyair ini, Bogor identik dengan hujan dan Indramayu identik dengan kemarau. Bogor adalah kota paling banyak memperoleh hari hujan terbanyak dalam setahun di Indonesia. sedang desa yang tidak pernah diberi hujan adalah di desa Belik di Pemalang Jawa Terngah. Entah karena apa dua tempat ini yang satu mendapat curah hujan terbanyak dalam setahun dan yang lain tidak sama sekali, yang jelas disinilah keagungan Allah di alam Nusantara ini.
Hujan
//Aku bicara pada langit
diam
kilat menggeliat diiringi guruh
aku mengguman pada langit
termenung
seiring mendung bergulung disapu angin
ledakan halilintar menggeliatkan pecahan cahaya angkasa
raya
hujan
sapaku perlahan.....//
Goresan tangan Mas Yono Buanergis Muryono meyakinkan sebagai penyair profesional dengan pilihan diksi yang indah dan tatanan bahasa yang apik. Dan ini menunjukan mutu bahwa puisi tidak ditulis sembarangan seperti penyair yang memiliki omong besar tetapi karyanya tak bermutu. Mas Yono Buanergis Muryono memintal dan merajut benang kata-kata dengan apik dan indah, ia penyair sesungguhnya.
(bersambung)
Tak Kulihat Lagi Becak di Kotaku Rg Bagus Warsono
Tak Kulihat Lagi Becak di Kotaku
Rg Bagus Warsono
Tak kulihat lagi becak hari ini dan di pangkalanmu
yang kini menjadi taman perempatan kota denga tugu yang memperingatimu
bahwa kau tak diperlukan lagi.
Becak kemana pergi entah mulai kapan
sejak pagi atau kau mengurung diri di halaman rumahmu
dengan tangis anaka-anak dan istri
karena bapak kehilangan gemerincing suaramu.
Mula kau dibiarkan berkarat
dan tiba-tiba banmu kempes
satu persatu baud dan mur lepas
sedang kanvas kerudung becat terbakar
menjerit hati abang becak
bersama tangis istri cdan anak-anak
Hilang bersama becak di depan sekolah
Becak pun dipaksa bermesin tempel
lalu mengganti roda-roda jari-jarimu
dan ketika kau disuruh memegang hand phone
pedal becak itu sudah tiada
diiring air mata
becak termakan sejarah
kau tetap dikenang abang becakku,
Indramayu, 30 Juli 2018
Becak karya Rg Bagus Warsono
Becak,
Becak berjajar menunggu penumpang,
harap rezeki di hari ini,
becak cemas hampa,
dapur istri hanya air mendidih tanpa beras.
Becak melayang,
penumpang senang,
keringat bercampur bayang sesuap nasi.
Becak melaju kencang tanpa penumpang,
gemerincing perut lapar ,
hanya sekilogram beras.Becak menanti ,
berrebut,
dan kadang semrawut,
becak digalang truk ,
dibuang laut.
Duhai teman bukankah sama dengan kita makan untuk hidup ,betapa susahnya mendapatkan makan.
Beri kesempatan rezeki, teman.
(Rg Bagus Warsono)
Langganan:
Postingan (Atom)