Senin, 21 Agustus 2017

Muhammad Ishomyl Fathir Ashoh dalam Kita Dijajah Lagi : Perdamaian





Muhammad Ishomyl Fathir Ashoh

Perdamaian 

Saudaraku
sampai kapan kita terjajah
terjajah akan buruknya moralitas
sampai kapan kita teraniaya
teraniaya akan kurangnya loyalitas
sampai kapan kita tak terasa
tak terasa akan murungnya kualitas
sampai kapan pula kita tak tergugah
tak tergugah akan integritas yang sangat terbatas
Saudaraku
tak ada yang sulit dari kata perdamaian
tak ada yang menakutkan dari kata persaudaraan
dan tak ada yang bisa dibanggakan dari kata balas dendam
pertengkaran dan pertikaian yang sampai saat ini kau lestarikan
Dedikasi pahlawanmu
Eksistensi satriamu
bahkan
konsistensi para pejuang terdahulu
begitu mudahnya kau hapus
dengan bermodalkan kekerasan dan ketidakadilan
hilang sudah harapan bangsa ini
jika saja masih banyak
sara yang berujung Provokasi
Kalimat yang berunsur konfrontasi
Kritikan yang jadi pemicu agitasi
jangan sia siakan perjuangan mereka
tumpah darah
air mata
bahkan sanak dan keluarga
Mereka tinggalkan
tak mereka pedulikan
untuk cita cita yang sangat mulia
cita cita yang semoga tercapai
hanya untuk sang garuda
terbanglah tinggi garuda ku
hingga dunia tau
bahwa negeri kita diciptakan berbeda beda
namun tetap satu
SEKALI MERDEKA TAMBAH MERDEKA
INDONESIA MERDEKA !!

ishomsmkn2@gmail.com




Eri Syofratmin dalam Kita DIjajah Lagi : Peninggalan Kolonial





Eri Syofratmin

Peninggalan Kolonial

Katanya!!
: Kita telah merdeka.
Tapi, Masih saja ujung balansa,
Menyucuk-nyucuk perut kita,
Masih saja peninggalan buruk Kolonial,
Kita bawa-bawa; Upeti dimana-mana,
Adu domba semakin menggila,
Hukum rimba mengisakkan air mata,
Yang berkuasa jadi raja.

Katanya!!
: Kita telah merdeka.
Tapi, Pulau-pulau kecil, masih juga sengsara.
Anak-anak sekolah, dalam suasana bahaya,
Menyeberang arus gelombang ancam raga.
Miris tertoreh, hatiku luka
Pilu ngilu, menyayat jiwa.

Merdeka,
Merdeka, Katanya;
: Lahan rakyat digusur juga.

Merdeka,
Merdeka, Katanya;
: Hak-hak rakyat dimakan juga.

Merdeka,
Merdeka, Katanya;
: Uang rakyat di sunat juga.

Merdeka,
Merdeka, Katanya;
: Kongkalingkong jual tanah persada.

Merdeka,
Merdeka, Katanya;
: Korupsi semakin meraja lela.

Merdeka,
Merdeka, Merdeka...
Katanya,
: Batang kelapaku di panjat juga.

Muara Bungo, 11 Agustus 2017.

Tiya Laraswati dalam Kita Dijajah Lagi : Masih Sedang Terjajah





Masih dan Sedang Terjajah  

Setelah tiga setengah abad, tiga setengah tahun
Negeri nyata nyata Terjajah
Rakyat nyata nyata Terjarah
Perih pedih berlumur darah

Tujuh puluh dua tahun terlewati
Masih terasa pedih dalam lubuk pertiwi
Atas keserakahan dan kekejian,
Para Nippon dan Kompeni

Kemerdekaan
Menjadi obat penawar kehancuran
Tapi Sang Proklamator takut akan renkarnasi kolonial
Kekuasaan bayangan dan siluman anak bangsa


Sekarang
Biru langit menjelma abu-abu penuh debu
Penjajahan atas nama industri
Rakyat jadi abdi wara wiri

Sekarang
Tarian ronggeng Jarang tampil
Wayang dan Reog hanya simbol
Lagi lagi budaya hedonisme membudaya

Sekarang
Anak bangsa terus mengkhianati banngsa
Atas nama kekuasaan dan kekayaan
Banyak dana dan kerjasama siluman


Sekarang
Sekarang
Merebak produk produk berkedok
Jubah kekuasaan menaungi wajah munafik
Rakyat tertipu, penguasa membisu

Sekarang
Perhatian anak bangsa dialih fungsikan
Dengan teknologi yang berkemajuan
Mereka terbuai akan hiburan yang penuh kesia-siaan
Mereka diracuni akan merebaknya ajaran kebencian
Dan akhirnya mereka minim kelakuan

Kita dijajah
Kita dijajah

Kita dijajah lagi

Dan lagi



Purwokerto, 02 Agustus 2017

Tiya Laraswati