Sabtu, 22 April 2017

Puisi - puisi Lumbung Puisi Jilid V, 26-29



26.
Muhammad Lefand

Kekasih II

pada gesekan ke sekian kali
kamu tercipta
begitu rupa tanpa puja-puji
kamu berkaca
ini kaca kenapa?
wajahmu terlihat pecah
ini wajah siapa?
kaca sepionku mendesah

kecepatan dan pandangan
mata terarah
perjalanan dan tujuan
rasa bergairah

ini hati kenapa?
bergetar tanpa nada
ini getar siapa?
hatimu tak terbaca

pada gesekan ke sekian kali
hanya kita berdua
begitu mesra tanpa basa-basi
hanya mimpi semata

Jember, 2017



Muhammad Lefand, penulis yang lahir di Sumenep Madura dengan nama Muhammad, sekarang tinggal di Ledokombo Jember. Adalah seorang perantauan yang senang menulis puisi. Lulusan MA An-Nawari Seratengah Bluto Sumenep dan Universitas Islam Jember. Naskah puisinya pernah menjadi juara 3 pada Sayembara Penulisan Naskah Buku Pengayaan PUSKURBUK Kemendikbud. Biografinya dimuat di buku “Enseklopedi Penulis Indonesia” (FAM Publishing: 2014). Sering mengikuti pertemuan sastra baik tingkat nasional maupun Internasional di antaranya: Temu Penyair Asia Tenggara di Cilegon dan Singapura. Antologi puisi tunggalnya yang terbaru berjudul  “Jangan Panggil Aku Penyair” (2015) “Khotbah Renungan tak Utuh Jarak dan Jagung”(2016) dan “Kronologi Imaji”(2017).


















27.
Muakrim M Noer
Anin

Malono pamalono heha anin
Ile parenta anin taka ulat taka meit taka nusa
Taka usika ara
Taka ileng mahina

Ile heka kapata
 “Nur yusuf nur Muhamad nur pamalona
Puna  mahina ma mamanu ena yau
Anin e
suri ena ile
suri ileng hatua
suri ileng oso
Patahia
Yau Adam
Ile Hawa
La oi
Reka Qabil laha Habil

Ambon 2017

(Bahasa Hila) Hila; salah satu desa di Pulau Ambon








Muakrim M Noer

Panen Huldi  Bersama  Elova

Elova
Beta ingin rebah di selangkan juga buah pantat matang itu
Memanen keringat dengan nafas paling lakilaki semisal david memburu goliath
Bukan seperti mereka berpayung tabu dan api
Tetapi diamdiam onani di depan majalah kelinci

Elova
Beta ingin bersenggama dengan jujur dan gagah
Meneruskan tabiat telanjang kakek nenek kita yang kurang kupercaya hanya suapan huldi
Kisah itu terlampau purba bagi kemaluanku yang tak tahu malu dan kekinian

Elova
Buka segitigamu biar kutanam mani dengan berani
Tidak seperti opera huldi juga william dengan bualan romeo dan Julietnya

Elova
Segitigamu buka segera
Huldi kita panen bersama
Pulau Buru, 2017





Muakrim M Noer

Bersetubuh Kudus

Ber-se-tu-buh
Bersatu tubuh
Dua jadi Satu

Aku beri hati
Langit buahi
Kelak menjadi
……………………
Ber-se-tu-buh
Gusti; hamba
Esa

Ambon 2017

Muakrim M Noer, Lahir : Hila 11 April 1986
Aktifitas : Konsultan engineer (Konsultan lepas), Aktifis lingkungan, penulis naskah teater, puisi, cerpen,
Karya-karya  :  Antologi Puisi Penyair Maluku “Biarkan Katong Bakale”. Antologi Puisi Penyair Maluku “Pemberontakan Dari Timur”. Antologi Puisi “Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia Jilid  III”. Antologi Puisi “Sang Peneroka - 106 Penyair Indonesia”. Antologi Puisi “Lumbung Pusi Jilid IV Sastrawan Indonesia Jilid V”.  (Karya-karya dimuat di surat kabar lokal, Naskah teater sering dipentaskan di kampus-kampus. Selain itu juga menulis di website pribadi)





28.
 Munadi Oke

Mencari Nikmat Tersisa

Menelusuri gua dibalik rimbun ilalang
Mencoba mencari nikmat yang tersisa
Bersama desis, desah juga erangan.
Diujung hangat yang mengejang

Ku lepaskan galau, resah juga gundah
Dalam malam yang basah
Digulung kasih merekah
Bersama sayang membuncah

Hingga hilang kalut
Penat. Tegang
Saat ku tergolek lunglai
Di kaki malam
                     













 Munadi Oke
Syair Martabak

Saat dua kepala bertaut
Dua mulut saling berpagut

Bibirmu kulumat
Dan desahmu pertanda nikmat
Tidakkah kau tahu?
Sepotong sosis coklat tua menggeliat
Berharap menjadi hidangan lezat
Bersama kacang merah didalam martabaklipat?

Kurasakan dua gunung kembar kembang kempis
Mengiring degup jantung yang semakin tak dapat ku tepis

Dan liur martabakpun mengalir
Berharap sosis sudi mampir
Sekedar menuang susu lezat kedalam cangkir.
Mohon maaf kawan,ini hanya sekedar syair.







Sumrahadi/ Munadi Oke, penyair ini lahir di Jakarta 17 Mei 1975 , tinggal di  Kec. IV  Jurai ,  Kab. Pesisir Selatan Sumatera Barat. Mengisi berbagai antologi bersama Nasional.


29.
Najibul Mahbub

Panggil Aku Pelacur

panggil saja
aku pelacur
yang melacur
dalam kesunyian birahi
menerobos dalam
kegalauan diri
menghasrat kerinduan onani

panggil aku
pelacur
yang melacur dalam keteguhan
yang menerobos surga
yang diidamkan
dan mendekatkan
pada neraka jahanam

panggil saja
aku pelacur
yang selalu
membuat galau
dalam peraduan
yang abuabu
yang sudah tidak tabu
Adzab Siksa kan menunggunya

Pekalongan, 13 Maret 2013

Najibul Mahbub     
Salome

Woi, ada Salome
Di lokalisasi ujung  gang
Belakang pasar
Yang  dapat kau temukan
Dengan bayaran  ratusan
Bahkan puluhan
Ia tak kan menolak
Jika kau rayu
Dengan selembar kertas ratusan
Tapi jangan
Kau rayu hanya dengan gombalan
Salome tak kan mau dengan cocotmu
Yang bau kemenyan
Kecuali kau sudah menjadi pacar

Salome  masih
Berdiri di ujung gang
Sambil menghisap
Rokok sebatang
Menanti  sang mata keranjang
sambil melirikkan
Sesekali mengedipakan matanya
Yang binal
Ketika lelaki tampan
Datang lewat berjalan
Merayu bapak setengah baya
Lalu masuk di bilik kemesraan
Dua tiga ronde terlampui
Salome tak jua tepar
Satu Dua Ratus
Ia kantongi dari dua tiga
Lelaki pelanggan

Targetnya pun belum juga
Penuh
Salome tetap
Kembali bersolek
Setelah tiga ronde lelaki tua itu
Tergolek

Salome
Kembali ke ujung gang
Dengan nafas sedikit tersengal
Akibat hantaman tumpul yang bertubi
Dua batang pun habis
Masuk kali ke tiga rokok itu mulai dihisap
Tamu pun tak kunjung hinggap
Pukul tiga sudah
Jam berdenting
Salome bergegas pulang
Menyusu Si Anak yang baru saja dilahirkan

Pekalongan 4 April 2017




Najibul Mahbub ,Penulis yang juga guru Bahasa Indonesia dan juga pendiri teater Bayang di MAN 2 Pekalongan merupakan Pria kelahiran 13 Maret 1981.  Ia tinggal di Gubuk kecil di Jalan Nusa indah 11 Perumahan Taman Seruni Gamer Pekalongan. Beberapa karyanya tergabung dalam beberapa antologi, antara lain: Antologi 105 Penyair, Semanggi Surabaya, Indonesia dalam Titik 13, Penyair Menolak Korupsi jilid I, Penyair Menolak Korupsi Jilid II, Menuju Jalan Cahaya, Antologi tentang Gus Dur,  Habituasi Wajah Semesta, Daun Bersayap Awan, Ziarah Batin, Antologi Puisi 2 Koma 7, Antologi Wakil Rakyat, Memo Wakil Rakyat, Ayo Goyang, Antologi Puisi Kampungan, Memo Teroris, Memo Anak dan beberapa antologi yang masih dalam proses penerbitan.

Lumbung Puisi Jilid V , 30-33



30.
Ni Made Rai Sri Artini

Laut Tak Bernama

Di laut tak bernama
Kita sesap segala rasa tanpa kata-kata
Hanya desah ruah
Di ranjang puisi-puisi lahir menggelinjang
Daftar mimpi yang kau tulis di bantal
Menunggu untuk dilunasi
Dalam temaram lampu, kita satu
Menyatukan mozaik mimpi dan ampas-ampas lelah menjadi nyala
Di laut tak bernama kita menjelma buih dan bara bergantian
Berenang ke segala warna
Harum nafas dari lubang hidung mengusir pengap dada
pengembara yang lincah lirih menari di lingkar puting
Di perbukitan, tebing dan lembah juga di gua yang bersembunyi
Dalam rimbun pepohonan
Di laut tak bernama
Kita menjelma sepasang sayap
Terbang ke setiap ruang bergetar dalam rimbun nikmat
Gua garbha telah menemukan penghuninya
Aroma narwastu telah menuntun kita
Ke arah cahaya yang paling terang
 (Tegaljaya, 27 Maret 2017)

 Ni Made Rai Sri Artini

Puasa

Setelah setahun berpuasa,
Malam itu di bawah temaram lampu kau datang
Kata-kata mati
Pikiranmu pikiranku berloncatan diantara nafas yang memburu
Detak jam makin larut
Bibir kita menyatu dalam kulum yang lapar
Tanda jeda kau ciptakan lewat sentuhan
Cukup lama kau berpuasa
Namun kau tak lupa cara berkelana
Juga cara menciptakan lengkingan dan tarian liar
Menuntaskan dahaga setelah setahun tak mencecap
Belantara keramat
Apa yang kita damba sekarang ?
Telah kita daki bersama gunung puisi yang tak terbahasakan
Di bawah temaram lampu
Huruf-huruf bisu dihanyutkan asin keringat
Desahan panjang pecah menjadi serpihan tawa
Di bawah temaram lampu
Kita berbuka puasa bersama
 (Tegaljaya, 28 Maret 2017)


Ni Made Rai Sri Artini , lahir di Denpasar Bali, 17 Nofember 1978, mengikuti berbagai antologi bersama nasional,  perempuan penyair ini tinggal di Dalung Kec.Kuta Utara,  Kabupaten Badung, Bali.

31.
Novia Rika

Cinta yang Terbagi di Ranjang
bayi-bayi lahir menyemak dari rahim
lalu tumbuh dan merindu dekap erat
di relung dada ibunya yang hangat
malam-malam terlewati bagai panah
dua puluh empat purnama meliuk lincah
pada cinta yang terbagi-bagi di ranjang

anak-anak tumbuh pesat 
dari setimang lengan hingga sedekap dada
dan garis-garis batas di ranjang kian tersingkir
ibu mendekap anak di atas dadanya yang hangat
dan setiap malam sang ayah gelisah
menunggu isapan susu mengering diam
mata anak dan ibunya terpejam di bawah bulan

ayah mencari-cari celah
sisa kehangatan di dada ibu
yang telah terjamah dan terbagi-bagi
malam ini purnama mekar sempurna
dan keringat di leher ibu bagai kalung mutiara
menetes di dada ayah yang merindu
ibu jadi kekasihnya lagi
dan ia berbisik,
"tunjukkan cintamu sayang"
Akasia, 14 Maret 2017

Novia Rika, mengikuti berbagai antologi bersama nasional , perempuan penyair kelahiran Jakarta dan tinggal di Jakarta.
32.
Nunung Noor El Niel

Goyang Dangdut

coba kau ingat-ingat irama dangdut itu
meliukkan setiap lekuk pinggulku
kedua ujung jari telunjuk kita pun menggelitik udara
menggelinjangkan suasana pada setiap langkah
melewati dunia yang nyata untuk tidak selalu terjaga
membuat hidup menjadi lebih sederhana

tabuhkan gendang, tiupkan seruling
dalam setiap hentakan dan ayunkan badan
biarkan pinggang malam dirangkul kelam
masih banyak impian untuk dicumbu
sebelum bulan kesiangan
menjadi pungguk di hari memabukkan
jika kau memang seorang pejantan
bukan sebagai pecundang
Denpasar Maret 2017










Nunung Noor El Niel


Telur dan Ayam

sebutir telur telah kau tegakkan di atas meja
dengan warna pelangi yang kau curi dari 
impian kanak-kanak yang sedang bernyanyi
di antara api unggun yang menghangatkan doa

kau pun mendengar ayam berkokok tiga kali,
mencoba menyangkal matahari yang membuka 
kubur di kedua telapak tanganmu yang terbuka,
sehingga seekor merpati berputar di atas kepala

dan kau pun tak juga percaya setelah 
kau memungut seluruh riba
dari keyakinan yang kau sangsikan
kemudian menggantung di pohon ara

kini kau pun menjadi seorang murid yang terus
menuliskan aksara-aksara puisi tentang
sebutir telur yang telah kau tegakkan di atas meja
dengan sebuah pertengkaran yang tak selesai

:"mana lebih dulu, telur atau ayam?"

Denpasar Maret 2017





Nunung Noor El Niel

Perempuan Penyambal

marilah makan siang bersamaku

akan kubuatkan sambal

dari setiap goyangan pinggulku
kau akan dapat merasakan 
betapa seksinya rasa pedasku
hingga dapat mengulek perasaanmu

aku dapat menambahkan sedikit terasi
sebagai penyedapnya
jika kau memang tak cukup alergi
mungkin juga aku menambahkan jeruk limau
agar kau dapat merasakan asam dan segarnya

dengan sambal buatanku, lidahmu 
akan terlipat-lipat oleh hasrat 
untuk mencicipi setiap ulekan sambalku
mungkin kau akan terpejam atau terbeliak
menahan setiap kepedasan 
pada rongga mulutmu hingga tak ada
sepatah katamu pun yang terucap

sebab sambalku tak beraksara tapi bermakna
untuk makan siangmu yang mungkin selalu 
tertunda dan sia-sia
Denpasar Maret 2017


Nunung  Noor El Niel, lahir :  Jakarta , 26 September
Pekerjaan         :  Ticketing, Buku  Puisi    :  Solitude (2012)  , Perempuan Gerhana (2013), KISAS (2014), Perempuan dari Tujuh Musim (2016) , Antologi Puisi :   Pinangan th 2012-2013, Metamorfosis, Cemara Cinta,  Habis Gelap terbitlah  Sajak ,“Kidung Rindu Pelangi Sukma”, Antologi Indopos :Bersepeda ke Bulan 2013 &“NUN”2014 , Nyanyian Para Pencinta 2015, antologi MAKTA (memo anti kekerasan terhadap anak)&MAT Puisi Menolak Korupsi 2016, Sakarepmu 2016, Antologi Palagan Sastra 2016 , Antologi”Puisi   . Penyair Kopi Dunia” 2016.
























33.
Nur Komar
Jatuh Cinta
Ma, aku sedang jatuh cinta
benak dipenuhi sesosok gadis jelita
Mungkin dia sederhana
namun membuatku terpesona
Gadis itu bagai kuda Sumbawa
liar, binal, bagiku sangat istimewa
Kubayangkan dibawah nyiur
dalam embus angin berkesiur
Kami saling bercengkrama
bercumbu, lalu bersenggama
Begitu buas kami berpagut
sampai habis tenaga terenggut
Kuda liarku yang binal
siang malamku dibuai khayal
Mama, ini sangat mendera
rasanya kepingin kawin segera
Isi kepala muncrat berhamburan
o, keringat deras bercucuran
Berlaksa hasrat dalam denyut
bisa gila aku terhanyut
Ma, bagaimana sesungguhnya rasa bercinta
; onani, nikmat dosa paling dusta
Jepara, 28-01-2017


Nur Komar
Yasmin
; Yasmin
Tubuhmu sangat menggoda
aku tidak mengada-ada
Semakin lama memandang
dadaku terasa terguncang
Di kamar ini cuma kita berdua
maka, jangan biarkan waktu terbuang sia-sia
Menghampirimu yang terdiam
lalu menciummu dalam-dalam
Kau hanya pasrah
semakin aku bergairah
Mari nikmati percumbuan
sebelum kita bersebadan
Menjalar tanganku liar meraba
kau seperti kena tuba
Memutar tubuh selayak berdansa
tanpa busana kita leluasa
Sambil berdiri atur posisi
sudah saatnya lakukan penetrasi
Dengan pelan kutekan
kau seperti menahan
Lagi, dan lagi
berulang kutekan lagi
Desismu kian menjadi-jadi
dan, merebaklah wangi
Ah, parfum baruku
wangimu mencairkan beku
Jepara, 13-03-2017
Nur Komar
Perkasaku
Burungku cuma satu
sejak Ibu mengandungku
Bukti keperkasaan
jangan sepelekan
Coba lihatlah sambil telanjang
buat pikiranmu sedikit panjang
Bulunya lebat dan indah
lima daya punya gairah
Ya, burungku tegak berdiri
kujaga biar tidak dikebiri
Oh, tempelkan sayang di gunduk dadamu
rasakan hangatnya merasuk dalam jiwamu
Jepara, 11-01-2017




Nur Komar, penyair ini lahir di Jepara, 01 Agustus 1977, saat ini bekerja freelance dan buka warung kopi. Nama lainnya Aberijlain Gomar Samsara. Pernah tergabung dalam antologi bersama "Kitab Karmina Indonesia 2015, Klungkung: Tanah Ta, Tanah Cinta 2016, Puisi Membaca Jepara.