Sajian nasional informasi ilmu pengetahuan dan teknologi ,informasi umum, informasi pendidikan dan budaya.
Laman
- REDAKSI
- Berita Hari Ini
- Daftar Propinsi di Indonesia
- Daftar Negara-negara di Dunia
- Sastrawan Indonesia
- Daftar Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia
- Kumpulan Syair Lagu Keroncong
- Perguruan Tinggi Islam Negeri di Indonesia
- Perguruan Tinggi Kedinasan di bawah Kementerian
- Daftar Penerima Nobel
- Daftar Gunung di Indonsia
- Daftar Juara All England
- Daftar Juara Thomas Cup
- Daftar Presiden Amerika Serikat
- Daftar Lagu Nasional
- Daftar Sastrawan
- Penyair Tadarus Puisi
Sabtu, 08 September 2018
Mengunjungi Situs Sejarah Cirebon di Mbah Jenek Sidawangi
Situs Mbah Jenek adalah situs peninggalan para pahlawan Cirebon. Mbah Jenek atas pengabdiannya mengawal Mbak Kuwu Sangkan (Pangeran Cakrabuana) diberi hadiah padukuhan Sidawangi dan diberi gelar Pangeran Jenek. Ia kemudian menetap (Jenek) di Sidawangi. Situs ini berada di dukuh Seureuh Beureum (Sirih Merah) desa Sidawangi Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon.
Mushola Mbah Jenek
Masjid Seureuh Beureum desa Sidawangi
Situs Sejarah Mbah Jenek
Mushola Mbah Jenek
Masjid Seureuh Beureum desa Sidawangi
Situs Sejarah Mbah Jenek
Kamis, 06 September 2018
Lastry Jayantih, SPd. Guru SDN 2 Sendang Kecamatan Sumber Kabupaten Cirebon Pewaris Tari Tradisional Khas Cirebon.
Di SDN 2 Sendang Kecamatan Sumber Kabupaten Sumber tedapat seorang guru yang memiliki talenta menari khas Cirebon yakni tari Pembuka Pertunjukan yang biasa ditarikan di Keraton Cirebon. Sulastri, demikian nama panggilan guru tersebut mengajari tari pambuka di depan murid-muridnya dengan luwes dan piawai. Lastry Jayantih, SPd. adalah guru yang termasuk langka dikarenakan memiliki darah seni tari yang sangat jarang dimiliki masyarakat Cirebon, padahan tarian pambuka ini sangat penting dipelajari sebagai tari khas Cirebon yang kini nyaris punah. Lastry mengaku mewarisi tari ini dari orang tuanya yang juga seniman. Kepala SDN 2 Sendang, Sumber, Juju Juhayati, SPd merasa bangga memiliki guru-guru yang potensial seperi Lastry Jayantih.
Selasa, 04 September 2018
Ibu Suoh, SPd. Guru SD 1 Sidawangi Sumber, Kabupaten Cirebon 36 Tahun Mengajar Membaca di Kelas 1 SD
Ibu Suoh, demikian dikenal di Kecamatan Sumber sebagai guru senior yang akrab dengan kelas rendah (kelas 1 di sekolah dasar). Ia adalah sosok guru yang tak diragukan lagi pengabdiannya. 36 Tahun telah mengabdi sebagai guru sekolah dasar, tetapi Bu Suoh selalu mengajar di kelas 1 SD. Meski pada saat penulis menemui beliau yang sudah beberapa bulan lagi pengsiun, tampak guru ini di usia 59 tahun masih semangat dan terlihat masih muda. Bu Suoh adalah juga seorang ibu bagi warga Paniis, Pesawahan karena ia adalah seorang penggerak PKK di desa Paniis atau seorang istri dari Kepala Desa Paniis.
Pengabdian Ibu Suoh tak diragukan lagi, 36 tahun telah mengajari anak-anak desa untuk bisa membaca dan berhitung permulaan. Tak terhitung berapa anak-anak hasil didikannya yang kini telah menjadi orang-orang sukses. Di hari -hari jelang Pensiun ini ibu Suoh masih tetap bersemangat dan tetap terus mengabdi dui dunia pendidikan hingga memasuki masa pensiun yang sudah sangat dekat. (rg bagus warsono, 3-9-19)
Pengabdian Ibu Suoh tak diragukan lagi, 36 tahun telah mengajari anak-anak desa untuk bisa membaca dan berhitung permulaan. Tak terhitung berapa anak-anak hasil didikannya yang kini telah menjadi orang-orang sukses. Di hari -hari jelang Pensiun ini ibu Suoh masih tetap bersemangat dan tetap terus mengabdi dui dunia pendidikan hingga memasuki masa pensiun yang sudah sangat dekat. (rg bagus warsono, 3-9-19)
Wisata Plangon di Sumber yang Terabaikan
Plangon adalah petilasan pangeran Panjunan dan Pangeran Kejaksan di Cirebon. Situs ini berada di hutan Plangon milik Keraton Kasunanan Gunung Djati.
Di Plangon terdapat satwa monyet yang merupakan satwa yang ada sejak daerah Sumber masih hutan liar. Saat penulis berkunjung ke situs ini, (3 September 2018) di musim kemarau , keadaan situs ini tidak ter-urus rawan kebakaran. Sangat disayangkan apabila situs bersejarah ini terabaikan Pemda Cirebon.
Di Plangon terdapat satwa monyet yang merupakan satwa yang ada sejak daerah Sumber masih hutan liar. Saat penulis berkunjung ke situs ini, (3 September 2018) di musim kemarau , keadaan situs ini tidak ter-urus rawan kebakaran. Sangat disayangkan apabila situs bersejarah ini terabaikan Pemda Cirebon.
Senin, 27 Agustus 2018
Heru Mugiarso
26.Heru Mugiarso, lahir di Purwodadi Grobogan lima puluh enam tahun yang lalu. Berkiprah di dunia penulisan sastra sejak masih remaja sekitar tahun 1975. Tulisannya berupa puisi, esai, kritik dan cerita pendek pernah di muat di berbagai majalah dan surat kabar nasional dan daerah antara lain Horison, Republika, Media Indonesia, Jawa Pos , Suara Merdeka, Solo Pos, Littera, Hysteria, Radar Banjarmasin dan sebagainya . Prestasi yang pernah diraih adalah penghargaan Komunitas Sastra Indonesia Award 2003 dari yayasan Komunitas Sastra Indonesia sebagai penyair terbaik.Salah satu puisinya masuk dalam 100 Puisi Indonesia Terbaik dan masuk dalam nominasi penerima anugerah sastra Pena Kencana tahun 2008.Buku antologi puisi tunggalnya Tilas waktu (2011) yang diluncurkan pada temu sastra internasional Numera ( Padang, 2012) masuk dalam katalog perpustakaan YaleUniversity ,Cornell University serta University of Washington Amerika Serikat. Antologi bersama esai dan puisinya menjadi koleksi Universitas Hamburg Jerman. Namanya masuk dalam buku Apa dan Siapa Penyair Indonesia (Yayasan Hari Puisi , 2017). Antologi puisi tunggal keduanya telah terbit dengan judul Lelaki Pemanggul Puisi (2017). Di luar itu, ia adalah inisiator gerakan Puisi Menolak Korupsi yang didukung oleh ratusan penyair Indonesia. Sekarang aktif mengelola jurnal sastra dan budaya nasional Kanal yang diterbitkan oleh komunitas sastra Simpang 5 Semarang.
.Sami’an Adib
27.Sami’an Adib, lahir di Bangkalan tanggal 15 Agustus 1971. Antologi puisi bersama antara lain: Requiem Buat Gaza (Gempita Biostory, Medan, 2013), Menuju Jalan Cahaya (Javakarsa Media, Jogjakarta, 2013), Ziarah Batin (Javakarsa Media, Jogjakarta, 2013), Cinta Rindu dan Kematian (Coretan Dinding Kita, Jakarta, 2013), Ensiklopegila Koruptor, Puisi Menolak Korupsi 4 (Forum Sastra Surakarta, 2015), Memo untuk Wakil Rakyat (Forum Sastra Surakarta, 2015), Kata Cookies pada Musim (Rumah Budaya Kalimasada Blitar, 2015), Merupa Tanah di Ujung Timur Jawa (Universitas Jember, Jember, 2015), Kalimantan Rinduku yang Abadi (Disbudparpora Kota Banjarbaru-Dewan Kesenian Kota Banjarbaru, 2015), Memo Anti Terorisme (Forum Sastra Surakarta, 2016), Arus Puisi Sungai (Tuas Media, 2016), dan lain-lain. Aktivitas sekarang selain sebagai tenaga pendidik di sebuah Madrasah di Jember, bergiat juga di Forum Sastra Pendalungan, Bungo.
Buanergis Muryono
28.Buanergis Muryono, Lahir di Gunung Muria Jepara 11101966. Hidup sebagai seniman
Terus
berkarya sepanjang zaman. Menulis adalah jalan hidupnya hingga melahirkan aneka
tulisan untuk koran, majalah, radio, tv, film, animasi.
Mendirikan
Sanggar Mariska bersama Cindy Shirley
Guru Besar
Javanologi
Konsultan Art
and Culture
Mo Amrin
29. Mo Amrin, Lahir di Karangampel Indramayu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UNWIR Indramayu. Puisi-puisi dimuat di Harian Radar Cirebon (Jawa Pos Group). Antologi Lumbung Puisi Sastrawan Indonesia (2014), Antologi Pusi Penyair Indonesia Bertema Margasatwa (2016), Antologi Bersama Moratorium Senja (2016), Antologi Bersama Kolaborasi Karya (2016), Antologi Bersama Di Balik Tulisanku Aku Bercerita (2016), Antologi Bersama Di Balik Jendela Demokrasi (2016), Antologi Bersama Satu Nusa Satu bangsa (2016), Antologi Bersama Sajak Pujangga Negeri (2016), Antologi Negeri yang Terluka (2016). Antologi bersama Rasa Sejati (2017), Antologi Bersama Tadarus Puisi (2017). Tinggal di Desa Sampiran Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon dan menjadi jurnalis media elektronik.
Sukma Putra Permana
33.Sukma Putra Permana, lahir di Jakarta, 3 Februari 1971. Bergiat
di Komunitas Belajar Menulis (KBM) Yogyakarta. Puisinya a.l.
dimuat dlm: Semesta Wayang (2015), Klungkung: Tanah Tua, Tanah Cinta (2016), Antologi Puisi DNP 7: Negeri Awan (2017),
dan Antologi Puisi DNP 8: Negeri
Bahari (2018). Buku puisi tunggalnya: Sebuah Pertanyaan Tentang Jiwa Yang Terluka (2015)..
Sutarso
34. Sutarso ,
nama
lainnya Osratus, Lahir di Purba lingga (Jawa Tengah), 08 Maret
1965.Pindah ke Sorong (Papua Barat), tahun 1981.Menulis puisi sejak 1981.
Puisinya dibukukukan dalam antologi bersama di dalam negeri maupun di luar
negeri. Pernah menjadi staf pegajar di STKIP Muhammadiyah Sorong (2006 – 2010).
Sekarang, menjabat sebagai Kepala Bidang Pencatatan Sipil pada Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Tambrauw. Alamat: Jalan Basuki
Rahmat Km. 7 (Kompleks Kantor Transmigrasi lama), Kota Sorong, Provinsi Papua
Barat.
Ahmad Setyo
41.Ahmad Setyo lahir dan besar di kota kecil Slawi - Tegal. Namun lebih dari 30 tahun ia hidup dsn tinggal di Jakarta. Komunitas seni Bulungan pernah dirambahnya dengan bergabung di Teater Aquila Jakarta tahun 1987 hingga 1993. Kesukaannya menulis selain dulu sebagai Wartawan, bapak dari 4 orang anak ini , bersama Rd Nanoe Anka seorang dedengkot seniman Bulungan, mendirikan kelompok Alinea Baru Jakarta. sebuah wadah kreatifitas bersastra. 3 buku antologi telah dihasilkan kelompok ini yakni Ketika Daun Jatuh, Daun Bersayap Awan dan Tanah Air Daun. Kini Ahmad Setyo selain berkesenian, menulis beberapa Cerpen dan rencana menerbitkan sketsa sketsa Kisah Cinta"Cinta Suci Sang Gayatri" yang kerangka ceritanya kerap muncul di akun FB nya Ahmad Setyo Bae.
Rabu, 22 Agustus 2018
Ndaru , Wanto Tirta
31. Wanto Tirta, Lahir dan besar di Desa Kracak Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas Jawa Tengah. Orang biasa saja, mengalir sampai jauh,...
Menulis puisi maupun geguritan.
Menerima penghargaan bidang sastra dari Pemkab Banyumas (2015). Penerima Nomine penghargaan Prasidatama Balai Bahasa Jawa Tengah, sebagai Tokoh Penggiat Bahasa dan Sastra Jawa (2017).
Bermain teater dan Kethoprak. Bergiat di Komunitas Orang Pinggiran Indonesia (KOPI), teater Gethek, Paguyuban Kethoprak Kusuma Laras.
Menulis puisi maupun geguritan.
Menerima penghargaan bidang sastra dari Pemkab Banyumas (2015). Penerima Nomine penghargaan Prasidatama Balai Bahasa Jawa Tengah, sebagai Tokoh Penggiat Bahasa dan Sastra Jawa (2017).
Bermain teater dan Kethoprak. Bergiat di Komunitas Orang Pinggiran Indonesia (KOPI), teater Gethek, Paguyuban Kethoprak Kusuma Laras.
Aksi Yohanes (Joni), Bocah yang lahir dikala krisis fundamental nasionalisme Republik Indonesia.
Aksi Yohanes (Joni), Bocah yang lahir dikala krisis fundamental nasionalisme Republik Indonesia.
Dikala banyak antek-antek asing yang ingin memecah belah persatuan dan persatuan NKRI, bahkan ada yang berani mengibarkan bendera lain di negeri ini. Tepat tanggal 17 Agustus 2018 di Nusa Tenggara Timur bocah kecil Yohanes alias Joni membuat decak kagum akan jiwa dan naluri kebangsaan dan nasionalisme justru terdapat pada anak kecil ini. Ia mampu memecahkan permasalahan pelik dan memalukan disaat petugas Paskibra mengerek bendera Merah Putih dalam Upacara Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan.
Dikala banyak antek-antek asing yang ingin memecah belah persatuan dan persatuan NKRI, bahkan ada yang berani mengibarkan bendera lain di negeri ini. Tepat tanggal 17 Agustus 2018 di Nusa Tenggara Timur bocah kecil Yohanes alias Joni membuat decak kagum akan jiwa dan naluri kebangsaan dan nasionalisme justru terdapat pada anak kecil ini. Ia mampu memecahkan permasalahan pelik dan memalukan disaat petugas Paskibra mengerek bendera Merah Putih dalam Upacara Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan.
Selasa, 31 Juli 2018
Pencakar Langit Masyono Bunergis Muryono.
Membaca puisi penyair ini, adalah membaca (seakan) membaca diri. penuh nasehat dan petuah. Seakan teman selagi gundah gulana atau tengah murung. Ibarat jamu, antologi ini penyegar rasa sekaligus penyembuh lara. Bacaan yang enak dibaca, Puisi-puisinya tampak bermakna, ringan namun bernas, seringan antologi yang dapat dibawa kemana-mana.
Mari kita sorot Hujan. Sebagaimana tempat tingal penyair ini, Bogor identik dengan hujan dan Indramayu identik dengan kemarau. Bogor adalah kota paling banyak memperoleh hari hujan terbanyak dalam setahun di Indonesia. sedang desa yang tidak pernah diberi hujan adalah di desa Belik di Pemalang Jawa Terngah. Entah karena apa dua tempat ini yang satu mendapat curah hujan terbanyak dalam setahun dan yang lain tidak sama sekali, yang jelas disinilah keagungan Allah di alam Nusantara ini.
Hujan
//Aku bicara pada langit
diam
kilat menggeliat diiringi guruh
aku mengguman pada langit
termenung
seiring mendung bergulung disapu angin
ledakan halilintar menggeliatkan pecahan cahaya angkasa
raya
hujan
sapaku perlahan.....//
Goresan tangan Mas Yono Buanergis Muryono meyakinkan sebagai penyair profesional dengan pilihan diksi yang indah dan tatanan bahasa yang apik. Dan ini menunjukan mutu bahwa puisi tidak ditulis sembarangan seperti penyair yang memiliki omong besar tetapi karyanya tak bermutu. Mas Yono Buanergis Muryono memintal dan merajut benang kata-kata dengan apik dan indah, ia penyair sesungguhnya.
(bersambung)
Mari kita sorot Hujan. Sebagaimana tempat tingal penyair ini, Bogor identik dengan hujan dan Indramayu identik dengan kemarau. Bogor adalah kota paling banyak memperoleh hari hujan terbanyak dalam setahun di Indonesia. sedang desa yang tidak pernah diberi hujan adalah di desa Belik di Pemalang Jawa Terngah. Entah karena apa dua tempat ini yang satu mendapat curah hujan terbanyak dalam setahun dan yang lain tidak sama sekali, yang jelas disinilah keagungan Allah di alam Nusantara ini.
Hujan
//Aku bicara pada langit
diam
kilat menggeliat diiringi guruh
aku mengguman pada langit
termenung
seiring mendung bergulung disapu angin
ledakan halilintar menggeliatkan pecahan cahaya angkasa
raya
hujan
sapaku perlahan.....//
Goresan tangan Mas Yono Buanergis Muryono meyakinkan sebagai penyair profesional dengan pilihan diksi yang indah dan tatanan bahasa yang apik. Dan ini menunjukan mutu bahwa puisi tidak ditulis sembarangan seperti penyair yang memiliki omong besar tetapi karyanya tak bermutu. Mas Yono Buanergis Muryono memintal dan merajut benang kata-kata dengan apik dan indah, ia penyair sesungguhnya.
(bersambung)
Tak Kulihat Lagi Becak di Kotaku Rg Bagus Warsono
Tak Kulihat Lagi Becak di Kotaku
Rg Bagus Warsono
Tak kulihat lagi becak hari ini dan di pangkalanmu
yang kini menjadi taman perempatan kota denga tugu yang memperingatimu
bahwa kau tak diperlukan lagi.
Becak kemana pergi entah mulai kapan
sejak pagi atau kau mengurung diri di halaman rumahmu
dengan tangis anaka-anak dan istri
karena bapak kehilangan gemerincing suaramu.
Mula kau dibiarkan berkarat
dan tiba-tiba banmu kempes
satu persatu baud dan mur lepas
sedang kanvas kerudung becat terbakar
menjerit hati abang becak
bersama tangis istri cdan anak-anak
Hilang bersama becak di depan sekolah
Becak pun dipaksa bermesin tempel
lalu mengganti roda-roda jari-jarimu
dan ketika kau disuruh memegang hand phone
pedal becak itu sudah tiada
diiring air mata
becak termakan sejarah
kau tetap dikenang abang becakku,
Indramayu, 30 Juli 2018
Becak karya Rg Bagus Warsono
Becak,
Becak berjajar menunggu penumpang,
harap rezeki di hari ini,
becak cemas hampa,
dapur istri hanya air mendidih tanpa beras.
Becak melayang,
penumpang senang,
keringat bercampur bayang sesuap nasi.
Becak melaju kencang tanpa penumpang,
gemerincing perut lapar ,
hanya sekilogram beras.Becak menanti ,
berrebut,
dan kadang semrawut,
becak digalang truk ,
dibuang laut.
Duhai teman bukankah sama dengan kita makan untuk hidup ,betapa susahnya mendapatkan makan.
Beri kesempatan rezeki, teman.
(Rg Bagus Warsono)
Kamis, 28 Juni 2018
Jumat, 22 Juni 2018
Sabtu, 12 Mei 2018
“ Mbohlah” , Sastra Latar dalam Kelesuan Kreativitas
“ Mbohlah” , Sastra Latar dalam Kelesuan Kreativitas
Seperti dikatakan Corrie Layun Rampan sastra adalah tonggak. Yakni sebuah perubahan dari sastra kemarin. Karena itu judul puisi, judul antologi atau judul kegiatan agar dapat dikenang haruslah memiliki kekuatan pertama dan belum ada sebelumnya agar memiliki pembeda dari hari kemarin. Seperti event sastra Mbohlah yang diselenggrakan oleh para penyair Semarang patut mendapat apresiasi .
Ada kesamaan dan perbedaan antara dunia intertaint dan dunia sastra. Ahli-ahli promosi menganggap menjual kemewahan adalah hal jitu untuk mendapatkan rating penonton. Itu di tv atau intertaint panggung. Di sastra, buku bersampul indah belum tentu di rangsang pembaca. Begitu pula event sastra. Kenyataan banyak panggung megah tanpa penonton. Namun apa yang dilakukan para penyair Semarang yang dengan kesederhanaannya mampu membuat gebrakan kecil yang cukup berarti. Mereka menyebut sebagai sastra Pelataran. Seperti dilakukan oleh Slamet Unggul, Bayu Aji Anwari, Didiek WS, Agung Wibowo, Gunung Gus Tinoeng, Nawi Aan, Kang Ujang dengan karya berjudul “Mbohlah” sebuah musikalisasi bertahta drama monolog puisi yang apik untuk diapresiasi, yang disutradarai Lukni Maulana.
Judulnya, ‘ Embohlah patut mendapat apresiasi dari kalangan sastra karena baru pertama dan pertama dilakukan di dunia sastra. Mbohlah bagi penulis sendiri memiliki makna sagat luas diera zaman now sekarang ini. Mbohlah yang berarti : enggak taulah atau tak ambil pusing ini sebuah satir yang bermakna luas.
Demikian seperti memilih jajanan di pasar pagi. Yang enak akan dibeli lagi pada esok harinya. Makanan itu seperti nogosari, lapis, onde, cikak, koci, dan sebagainya. Jika membuat jajanan baru tentu harus beda dari sebelumnya misalnya kue pipis isi pisang , kemudian diberi nama, apakah bertahan atau dilupakan . Namun jajanan baru tetap terkenal seperti bakwan walaupun hanya terigu dicampur sayuran kol.
Sastra demikian banyaknya, bagi penulis tak begitu sulit menentukan puisi bernas dari sekian ribu puisi. Juga menentukan buku, atau sebuah acara berkualitas. Meskipun banyak faktor mempengaruhi tetapi sudut pandang seseorang yg memiliki pemahaman cepat, akan dapat menentukan pilihannya tanpa keliru.
Namun terdapat juga peristiwa dimana ide cemerang justru hinggap pada pegiat sastra yg memiliki keterbatasan duniawi. Harapan itu pasti ada dimana stake holder sastra memiliki kejujuran pandang. Sebab ketika ada sesuatu proses ada disediakan dananya oleh lembaga atau pemerintah . Pandang memandang terhadap objek sastra sudah dikotori perasaan . Pilihan akhirnya subyektif dan ber kepentingan pribafi dan kelompok.
Menurut Buanergis Muryono, sastrawan sekaligus Seniman , mengatakan bahwa Dunia Sastra terbelenggu keangkuhan, dan jagad Entertainment mengkultuskan eforia bila di tangan tak tepat. Mapingnya nyaris fully pembohongan publik serta pengabdinya miskin riset development. Waton maton. Ini artinya kita tidak harus bermewah-mewah menyelenggarakan kegiatan sastra, sebab memelihara sastra itu dapat dengan kesederhanaan dan niat yang tulus.
(Rg Bagus Warsono, sastrawan tinggal di Indramayu, 8-5-18)
Seperti dikatakan Corrie Layun Rampan sastra adalah tonggak. Yakni sebuah perubahan dari sastra kemarin. Karena itu judul puisi, judul antologi atau judul kegiatan agar dapat dikenang haruslah memiliki kekuatan pertama dan belum ada sebelumnya agar memiliki pembeda dari hari kemarin. Seperti event sastra Mbohlah yang diselenggrakan oleh para penyair Semarang patut mendapat apresiasi .
Ada kesamaan dan perbedaan antara dunia intertaint dan dunia sastra. Ahli-ahli promosi menganggap menjual kemewahan adalah hal jitu untuk mendapatkan rating penonton. Itu di tv atau intertaint panggung. Di sastra, buku bersampul indah belum tentu di rangsang pembaca. Begitu pula event sastra. Kenyataan banyak panggung megah tanpa penonton. Namun apa yang dilakukan para penyair Semarang yang dengan kesederhanaannya mampu membuat gebrakan kecil yang cukup berarti. Mereka menyebut sebagai sastra Pelataran. Seperti dilakukan oleh Slamet Unggul, Bayu Aji Anwari, Didiek WS, Agung Wibowo, Gunung Gus Tinoeng, Nawi Aan, Kang Ujang dengan karya berjudul “Mbohlah” sebuah musikalisasi bertahta drama monolog puisi yang apik untuk diapresiasi, yang disutradarai Lukni Maulana.
Judulnya, ‘ Embohlah patut mendapat apresiasi dari kalangan sastra karena baru pertama dan pertama dilakukan di dunia sastra. Mbohlah bagi penulis sendiri memiliki makna sagat luas diera zaman now sekarang ini. Mbohlah yang berarti : enggak taulah atau tak ambil pusing ini sebuah satir yang bermakna luas.
Demikian seperti memilih jajanan di pasar pagi. Yang enak akan dibeli lagi pada esok harinya. Makanan itu seperti nogosari, lapis, onde, cikak, koci, dan sebagainya. Jika membuat jajanan baru tentu harus beda dari sebelumnya misalnya kue pipis isi pisang , kemudian diberi nama, apakah bertahan atau dilupakan . Namun jajanan baru tetap terkenal seperti bakwan walaupun hanya terigu dicampur sayuran kol.
Sastra demikian banyaknya, bagi penulis tak begitu sulit menentukan puisi bernas dari sekian ribu puisi. Juga menentukan buku, atau sebuah acara berkualitas. Meskipun banyak faktor mempengaruhi tetapi sudut pandang seseorang yg memiliki pemahaman cepat, akan dapat menentukan pilihannya tanpa keliru.
Namun terdapat juga peristiwa dimana ide cemerang justru hinggap pada pegiat sastra yg memiliki keterbatasan duniawi. Harapan itu pasti ada dimana stake holder sastra memiliki kejujuran pandang. Sebab ketika ada sesuatu proses ada disediakan dananya oleh lembaga atau pemerintah . Pandang memandang terhadap objek sastra sudah dikotori perasaan . Pilihan akhirnya subyektif dan ber kepentingan pribafi dan kelompok.
Menurut Buanergis Muryono, sastrawan sekaligus Seniman , mengatakan bahwa Dunia Sastra terbelenggu keangkuhan, dan jagad Entertainment mengkultuskan eforia bila di tangan tak tepat. Mapingnya nyaris fully pembohongan publik serta pengabdinya miskin riset development. Waton maton. Ini artinya kita tidak harus bermewah-mewah menyelenggarakan kegiatan sastra, sebab memelihara sastra itu dapat dengan kesederhanaan dan niat yang tulus.
(Rg Bagus Warsono, sastrawan tinggal di Indramayu, 8-5-18)
Minggu, 06 Mei 2018
Puisi Indah di Indonesia Lucu
Puisi Indah di Indonesia Lucu
Ada yang sangat apik dari penyair yang juga seniman Arya Setra yang berjudul Opera Cicak.
Syahriannur Khaidir, penyair yang mulai menanjak namanya memberikan pusi yang bagus dengan judul Njentit.
Penyair muda berbakat Adelia Dwi Cahyani tampil memukau dengan berjudul Ayahku dan Mamahku.
Begitu juga Funuun A.B.M dengan puisi Negeri Tuyul menambah kelucuan Indonesia.
Penyair lain Khoerun Nisa memberi puisi apik dalam Cinta zaman New.
Di lain penyair Raditya Andung Susanto dalam judul Menonton Televisi :
Penyair Roni Nugraha Syafroni dalam puisi berjudul Racun juga menggambarkan lucunya Indonesia.
Nurholis dalam puisi Pusingan Secangkir Kopi katanya seperti nonton jangan dilewat untuk dinikmati senyum.
Judul yang bagus juga disugugkan oleh Tarni Kusprawiro seperti Rebutan Piring.
Judul yang bagus juga disuguhkan Dicky Armando, S.E berjudul Menukar Nasib.
Berikut Puisi pendek karya Arya Setra berjudul Opera Cicak:
//Pertunjukan opera cicak
Para pemainnya sungguh kocak
Ada peran berpura pura sakit
Ada peran teraniaya diskriminalisasi
Ada peran merasa paling hebat
Mengangap yg lain tidak ada apa apanya..
Sementara para penonton teriak menjerit karena harga-harga yang selangit
Ada pula yang mencibir karena tidak puas atas pertunjukan nya
Dan ada juga yang terdiam seakan pasrah akan akhir cerita..
Sementara diriku....
Haruskah aku tertawa, menangis atau terdiam melihat kenyataan yang ada ??? //
Syahriannur Khaidir dalam Njentit:
//.…/Indonesia kan asik
Maling ayam ditendang jungkir-balik
Koruptor dikondang banding bolak-balik
Hukum peceklik
Orang luar cekikak-cekikik//.
Adelia Dwi Cahyani dalam puisio pendek yang sederhana namun cukup membuat senyum pembacanya. Ia menulis dalam Ayahku:
//Suaminya mamaku
Ayahnya kakakku
Ayahnya adikku
/Ayahku..................
Anaknya kakekku
Anaknya nenekku
/Ayahku
Kaulah ayahku//.
Funuun A.B.M dalam Negeri Tuyul:
//Tugas negara kini jadi bisnis keluarga
Memudahkan komunikasi, lagaknya.
Ada yang diusung jadi bupatinya
ininya jadi tangan kanannya
itunya jadi penasehatnya,
anunya jadi entah siapanya
Belum lagi lain-lainnya. ….//
Khoerun Nisa di puisinya Cinta zaman New.
//…..Cinta dalam pegangan layar
Jadikan pendamping hati
Dalam sisi keadaan
Layar yang terfokuskan
Tersenyum geli
Rasa salahmengartikan
Cinta bertemu dalam layar
Pertemuan sebelah bagian
Hanya luar yang terpandang
Dengan rayuan gombal…//
Di lain penyair Raditya Andung Susanto dalam judul Menonton Televisi :
//Bumi sudah tampak ramai
Kabarnya ;
akan ada sinetron baru
yang diputar di stasiun swasta
nasional hingga mancanegara
Ada guyonannya, seriusannya
ada juga yang cuma banyak bicara
saat adegannya…//
Penyair Roni Nugraha Syafroni dalam puisi berjudul Racun juga menggambarkan lucunya Indonesia.
//Kursi seringkali menjadi saksi,
Pada nafas-nafas deru kedudukan.
Sering bersitegang hingga renggang mati,
Tiadalah lagi puing-puing peradaban/…
…/Melingkar tiada guna,
Walau rupiah terbang melayang.
Kami di sini hanya menyeringai,
Senang senang ha ha ha .//
Demikian tampak dalam puisi Nurholis berjudul Pusingan Secangkir Kopi :
//…./Ampas kopi adalah hak wajah
Dibalurkan sebagai cat wajah ala tentara
Bukan untuk gerilya
Tapi sembunyi dari kejaran tikus-tikus penguasa/
/Cangkir kosong adalah hak sunyi
Kasihan! Kursi goyang mengayun tubuhnya sendiri
Sudah lama sekali mulut-mulut dibungkam rapat
Maka biar cangkir dibanting saja, biar ramai//
Sigar Aji Poerana dalam puisi pendek cukup membuat lucunya Indonesia. Demikian puisi Mudahnya Cari Makan dan Jabatan:
//Kau mau yang cepat?
Ada/
/Kau mau yang mudah?
Tentu ada!/
/Di negeri ini banyak yang instan
Dari mulai panganmu sehari-hari
Sampai pejabat di Senayan kini //.
Penyair Dicky Armando dalam puisi
Menukar Nasib menyuguhkan puisi yang juga lucu dan menarik:
//Jangan jadi orang miskin, Kawan!
Karena fakir dilarang sakit,
disuruh diet pula.
Jangan pula mengeluh soal listrik.
Tak sanggup bayar, cabut saja meterannya!
Perihal makanan apalagi,
daging sapi mahal, telan saja keong sawah.
Selesai urusan./…//
(Rg Bagus Warsono, penyair tinggal di Indramayu)
Ada yang sangat apik dari penyair yang juga seniman Arya Setra yang berjudul Opera Cicak.
Syahriannur Khaidir, penyair yang mulai menanjak namanya memberikan pusi yang bagus dengan judul Njentit.
Penyair muda berbakat Adelia Dwi Cahyani tampil memukau dengan berjudul Ayahku dan Mamahku.
Begitu juga Funuun A.B.M dengan puisi Negeri Tuyul menambah kelucuan Indonesia.
Penyair lain Khoerun Nisa memberi puisi apik dalam Cinta zaman New.
Di lain penyair Raditya Andung Susanto dalam judul Menonton Televisi :
Penyair Roni Nugraha Syafroni dalam puisi berjudul Racun juga menggambarkan lucunya Indonesia.
Nurholis dalam puisi Pusingan Secangkir Kopi katanya seperti nonton jangan dilewat untuk dinikmati senyum.
Judul yang bagus juga disugugkan oleh Tarni Kusprawiro seperti Rebutan Piring.
Judul yang bagus juga disuguhkan Dicky Armando, S.E berjudul Menukar Nasib.
Berikut Puisi pendek karya Arya Setra berjudul Opera Cicak:
//Pertunjukan opera cicak
Para pemainnya sungguh kocak
Ada peran berpura pura sakit
Ada peran teraniaya diskriminalisasi
Ada peran merasa paling hebat
Mengangap yg lain tidak ada apa apanya..
Sementara para penonton teriak menjerit karena harga-harga yang selangit
Ada pula yang mencibir karena tidak puas atas pertunjukan nya
Dan ada juga yang terdiam seakan pasrah akan akhir cerita..
Sementara diriku....
Haruskah aku tertawa, menangis atau terdiam melihat kenyataan yang ada ??? //
Syahriannur Khaidir dalam Njentit:
//.…/Indonesia kan asik
Maling ayam ditendang jungkir-balik
Koruptor dikondang banding bolak-balik
Hukum peceklik
Orang luar cekikak-cekikik//.
Adelia Dwi Cahyani dalam puisio pendek yang sederhana namun cukup membuat senyum pembacanya. Ia menulis dalam Ayahku:
//Suaminya mamaku
Ayahnya kakakku
Ayahnya adikku
/Ayahku..................
Anaknya kakekku
Anaknya nenekku
/Ayahku
Kaulah ayahku//.
Funuun A.B.M dalam Negeri Tuyul:
//Tugas negara kini jadi bisnis keluarga
Memudahkan komunikasi, lagaknya.
Ada yang diusung jadi bupatinya
ininya jadi tangan kanannya
itunya jadi penasehatnya,
anunya jadi entah siapanya
Belum lagi lain-lainnya. ….//
Khoerun Nisa di puisinya Cinta zaman New.
//…..Cinta dalam pegangan layar
Jadikan pendamping hati
Dalam sisi keadaan
Layar yang terfokuskan
Tersenyum geli
Rasa salahmengartikan
Cinta bertemu dalam layar
Pertemuan sebelah bagian
Hanya luar yang terpandang
Dengan rayuan gombal…//
Di lain penyair Raditya Andung Susanto dalam judul Menonton Televisi :
//Bumi sudah tampak ramai
Kabarnya ;
akan ada sinetron baru
yang diputar di stasiun swasta
nasional hingga mancanegara
Ada guyonannya, seriusannya
ada juga yang cuma banyak bicara
saat adegannya…//
Penyair Roni Nugraha Syafroni dalam puisi berjudul Racun juga menggambarkan lucunya Indonesia.
//Kursi seringkali menjadi saksi,
Pada nafas-nafas deru kedudukan.
Sering bersitegang hingga renggang mati,
Tiadalah lagi puing-puing peradaban/…
…/Melingkar tiada guna,
Walau rupiah terbang melayang.
Kami di sini hanya menyeringai,
Senang senang ha ha ha .//
Demikian tampak dalam puisi Nurholis berjudul Pusingan Secangkir Kopi :
//…./Ampas kopi adalah hak wajah
Dibalurkan sebagai cat wajah ala tentara
Bukan untuk gerilya
Tapi sembunyi dari kejaran tikus-tikus penguasa/
/Cangkir kosong adalah hak sunyi
Kasihan! Kursi goyang mengayun tubuhnya sendiri
Sudah lama sekali mulut-mulut dibungkam rapat
Maka biar cangkir dibanting saja, biar ramai//
Sigar Aji Poerana dalam puisi pendek cukup membuat lucunya Indonesia. Demikian puisi Mudahnya Cari Makan dan Jabatan:
//Kau mau yang cepat?
Ada/
/Kau mau yang mudah?
Tentu ada!/
/Di negeri ini banyak yang instan
Dari mulai panganmu sehari-hari
Sampai pejabat di Senayan kini //.
Penyair Dicky Armando dalam puisi
Menukar Nasib menyuguhkan puisi yang juga lucu dan menarik:
//Jangan jadi orang miskin, Kawan!
Karena fakir dilarang sakit,
disuruh diet pula.
Jangan pula mengeluh soal listrik.
Tak sanggup bayar, cabut saja meterannya!
Perihal makanan apalagi,
daging sapi mahal, telan saja keong sawah.
Selesai urusan./…//
(Rg Bagus Warsono, penyair tinggal di Indramayu)
Langganan:
Postingan (Atom)