Sabtu, 21 April 2018

Raidhatun Ni’mah dalam PERAGU



Raidhatun Ni’mah
PERAGU

Kita ini peragu
Sering bertanya
Tapi tak tahu apa atau siapa

Melempar kosa kata
Yang haus akan rasa
melontarnya jadi api
Yang lelah pada asa
menusuknya jadi beku


Raidhatun Ni’mah , lahir 12 juni 1998 di Kandangan,Banjarmasin,kalimantan selatan.Sekarang tinggal di Asrama 1 puteri UIN Antasari Banjar Masin sebagai mahasantri yang tengah mengenyam bangku kuliah di Universitas Islam Negeri, Banjarmasin Timur,Kalimantan Selatan.

Diah Natalia dalam Langkah Indonesia,



Diah Natalia 

Langkah Indonesia,

Saat palu hakim dipukul
Harga melonjak sepihak

Saat berjalan di trotoar
Anak ada dimuka
Orangtua berlindung diketiak anak
Lebih baik kupilih tidur dari melodrama Mu

Mimpi pun buruk dari tidur-tidur ku
Atau karena tubuh beralas kardus?!

Kulayangkan jemari pada televisi
Wakil-wakil kami mahsyuk
Rapat-rapat mengena rakyat
Rapat yang tak bisa kubaca presentasinya
dan berakhir di ranjang,
Untuk urusan itupun kupilih tidur,
Aku belum baligh tuan,

Belum baligh ternyata kita
Untuk bersendawa kebebasan,

Mengerjap mataku karena debu dari jalan depan
Taklagi bisa tidur,
Kulangkahkan kaki menengok jalan menikung,
Tak tau kemana kaki menjemput ujung,

Kulihat anak-anak bermain
Bertemu salah
Tetapi yang tak salah menjadi salah,
Merdekanya mereka...

Perempuan itu nomor 1 di Indonesia
Lelaki tak ada uang pun ditendang
Pun, ekonomi tetap malang

Lain waktu kataku padaku
Lain tempo aku akan bangun
dan melangkah di kondisi yang tepat

When the demons stop to laughing
And all sin has been washed

Merah-Putih
Tumpah darahku
TsimShaSui-HongKong Maret 2018

Diah Natalia, S.Si., Apt,  lahir di Jakarta, prestasi yang pernah saya raih berjumlah 16 rupa, saya apoteker yang masih berjuang meraih gelar master demi kehidupan yang lebih layak, gemar menulis .

Jumat, 20 April 2018

Muhlis Hatba dalam Jangan Sabar Di Sini



Muhlis Hatba

Jangan Sabar Di Sini

Susah sabar di negeriku
Banyak aturan tak menjamin aman
Di mana-mana hukum macet
Mirip jalanan ibu kota negara
Klakson-klakson egois berbunyi
Saling bersahutan mengundi marah
Saling sesak ....
Saling himpit ....
Saling salip ...
Dan saling mengumpat
Rambu-rambu hanya formalitas
Lebih takut kepada polantas.

Susah sabar di negeriku
Orang miskin dilarang sakit
Ongkos sehat menyentuh langit
Harga obat tak semurah keringat
Dokter-dokter sering datang telat
Padahal nasib pasien sekarat
Katanya serba gratis dan praktis
Faktanya banyak pasien terlunta
Di sebuah kamar puskesmas
Dan, di sebuah bilik rumah sakit
Buang saja kartu sehatmu
Kami lebih butuh kartu sabar.

Susah sabar di negeriku
Vonis hukum bisa didagangkan
Oleh kolaborasi picik para oknum
Semakin mengkerdilkan kebenaran
Ibarat jauh panggang dari api
Keadilan hanya milik pemberi amplop
Bertransaksi dari laci ke laci
Berjual beli dari lobi ke lobi
Lantangnya suara ketukan palu
Tak selantang suara nuranimu
Ikan teri dipaksa sering bersabar
Di luar bui, ikan kakap pelesir.

Susah sabar di negeriku
Karena sabar sudah tercemar
Karena sabar barang kelakar
Karena sabar orang bisa modar.


Mukhlisin. Dikenal dengan nama pena sebagai “Muhlis Hatba”, sekarang tinggal di Bone “Tanah Bugis” Sulawesi Selatan. Pria penyuka syair, sastra dan dunia jurnalistik ini, lahir di Jambi tahun 1977 lalu. Juga, pegiat Komunitas TuLI (Tulisan Liar Independen) Bone dan LSM setempat. Sejak tahun 2000, mengabdikan diri sebagai ASN dan kini beraktivitas pada salah satu PTKIN di Indonesia Timur.