Selasa, 23 Agustus 2016

Wahyudi Abdurrahman Zaenal, Senum Arwana Simbol Belaka



Wahyudi Abdurrahman Zaenal,

Senum Arwana Simbol Belaka

Ketika mereka dijadikan simbol kehidupan dunia nampaknya tentram-tentram saja
Wajah ceria segar menggelembung pada akuarium senyum sapa semesta
Glamour kesan menuang manja hidup bagai tiada suatu kekurangan
Warna boleh indah sisik sangat sempurna menawan para kolektor
Napas terbelenggu pada sekatan kontes yang menyesakkan kehidupan alami
Bergaya bak selebritis hanya untuk kepuasan manusia pemuja kesempurnaan
Nun jauh di pedalaman habitat kian punah diburu penjarah
Inginkan nilai jualmu yang kian melangit tanpa sadar lenyapkan
Senyummu Arwana dalam kerangkeng simbol belaka langka di mata

Pontianak, 15 Agustus 2016







Senin, 22 Agustus 2016

Segera terbit Lumbung Puisi Jilid IV Penyair Indonesia



Margasatwa Indonesia






Sebuah dokumentasi Puisi Sastrawan Indonesia
oleh Himpunan Masyarakat Gemar Membaca bertema Margasatwa.
Penulis :
 

1.Abu Ma’mur MF (Brebes)

2.Agustav Triono (Purbalingga)

3.Alveng Subrata(Surabaya)

4.Amrin Moha (Cirebon)

5.Anggoro Suprapto(Semarang)

6.Anjrah Lelono Broto(Jombang/Mojokerto)

7.Arif Khilwa (pati)

8.Ari Witanto (Bekasi)

9.Arwinto Syamsunu Ajie(Kebumen)

10.Arya Setra (Jakarta Utara)

11.Bambang Widiatmoko(Jakarta)

12. Damar Angara (Demak)

13.Dedy Tri Riyadi (Tangerang)

14.Denting Kemuning(Surabaya)

15.Denis Hilmawati (Bekasi )

16.Dharmadi, DP (Purwokerto)

17.Daviatul Umam (Sumenep)

18.Eka Rs (Tasikmalaya)

19.Ersa Sasmita(Jakarta)

20.Eno El Fadjeri (Jakarta Barat)

21.Eri Sofratmin (Muara Bungo Jambi))

22.Faiz Saf'ani(Tegal)

23. Fitrah Anugerah(Bekasi)

24. H. Shobir Poer (Tangerang)

25. Hadi sastra(Tangerang)

26.Harmany (Pamekasan)

27.Hasan Maulana A. G( Serawak Malaysia)

28..Heru Mugiarso(Semarang)

29.Jen Kelana(Muara Angin Jambi)

30.Kurniawan Yunianto(Semarang)

31.Little Lite (Muara Bungo, Jambi)

32.Mike Dwi Setiawati(Cirebon)

33..Mohamad Firdaus (Banyumas)

34.Muakrim M Noer Soulisa (Maluku Tengah)

35.Mukti Sutarman Espe (Kudus)

36.Nanang Suryadi (Malang)

37.Navys Ahmad(Tangerang)

38. Ni Made Rai Sri Artini (Denpasar)

39.Novia Rika (Jakarta)

40.Rachmad Basuni (Solo)

41.Refa Kris Dwi Samanta (Banyumas)

42.Rere Desvada (Bandung)

43.Riswo Mulyadi (Banyumas)

44.Rg Bagus Warsono(Indramayu)

45.Sami’an Adib (Jember)

46.Shon Sweet's(Sidoarjo)

47.Sumrahhadi (Munadi Oke)(Jakarta)

48.Sri Subekti Handayani (Bandung)

49.Supi El-Bala (Tangerang)

50.Suyitno Ethex (Mojokerto)

51.Tajuddin Noor Ganie(Banjarmasin)

52..Thomas haryanto soekiran(Purworejo)

53.W Haryanto(Blitar)

54.Wadie Maharief (Jogyakarta)

55.Wahyudi Abdurrahman Zaenal (Ketapang Kalbar)

56. Wans Sabang(Jakarta)

57.Yuyun Ambarwanto(Wonogiri)

Jumat, 19 Agustus 2016

Sri Subekti Handayani KASIH TAK KENAL RUPA



Sri Subekti Handayani
KASIH TAK KENAL RUPA

Seekor ayam mengeram
Lima butir telurnya sendiri
dititipi dua butir telur bebek
Cintanya pada telur telur itu
Sungguh murni adanya

Saat telurnya menetas
Dengan penuh cinta induk ayam
Merawat anak anaknya
Ia tak pernah pilih kasih
Merawat anak ayam dan anak bebek

Tak ada anak kandung dan anak angkat
Saat anak bebek ingin berenang
Sang unduk ayam berteriak panik
Takut anaknya hanyut
Begitu dalam cinta sang induk ayam

Hingga tiba musim menyapih
Sang induk ayam tak pernah pilih kasih
Kasih tulus setulus mentari
Berbagi sinarvuntuk dunia
Wahai begitu beningnya cinta
sang induk ayam

Bandung 26-08-2016

Tajuddin Noor Ganie KISAH TERHAPUSNYA JEJAK KAKI BURUNG

Tajuddin Noor Ganie

  KISAH TERHAPUSNYA JEJAK KAKI BURUNG 

Sejak lama kicauan burung telah sirna di belukar fana airmata ini
Jejak kakinya tak lagi nyata di mana-mana
Nyanyiannya tinggal fiksi sebatas legenda saja 
Pabrik kayu lapis yang dulu  dibangun berlapis-lapis
Di tepi sungai itulah  yang mengikis habis nafas–nafas emprit, pipit,  gelatik, bahkan elang raja
Mereka lunglai tak berdaya  di hadapan marabahaya 
Dulu, pabrik kayu lapis yang berlapis-lapis itu  memompakan racun ke udara terbuka setiap hari tanpa jeda  dalam waktu yang lama  melalui cerobong-cerobong asapnya  yang digjaya 
Sungguh, lumbung-lumbung racun itu
Telah menuba angkasa dengan semena-mena
Hingga menjadi wilayah berbahaya 
Sejak lama jejak kaki burung-burung itu terhapus.
Tak lagi berbekas di dahan-dahan pepohonan yang juga merapuh  karena menghirup tuba yang sama  

Banjarmasin, 20 Januari 2014