Sabtu, 03 September 2016

Puisi-puisi Wahyudi Abdurrachman Zaenal. Wans Sabang , Yuyun Ambarwanto di Lumbung Puisi Jilid IV




Wahyudi Abdurrahman Zaenal,

Senum Arwana Simbol Belaka

Ketika mereka dijadikan simbol kehidupan dunia nampaknya tentram-tentram saja
Wajah ceria segar menggelembung pada akuarium senyum sapa semesta
Glamour kesan menuang manja hidup bagai tiada suatu kekurangan
Warna boleh indah sisik sangat sempurna menawan para kolektor
Napas terbelenggu pada sekatan kontes yang menyesakkan kehidupan alami
Bergaya bak selebritis hanya untuk kepuasan manusia pemuja kesempurnaan
Nun jauh di pedalaman habitat kian punah diburu penjarah
Inginkan nilai jualmu yang kian melangit tanpa sadar lenyapkan
Senyummu Arwana dalam kerangkeng simbol belaka langka di mata

Pontianak, 15 Agustus 2016


 Wans Sabang


Kupu-kupu Malam

kalau boleh ia memilih:
selamanya menjadi ulat
dalam kepompong pedih
dari pada keindahannya hanya fatamorgana

Busway, 12 Agustus 2016


Wans  Sabang

Kutu Loncat
: Ahok

Untuk apa ktp?
Hari ini kau bilang teman kami,
besok kau bilang teman Megawati, beaoknya lagi kau bilang temannya Jokowi.
Aku cuma kutu buku tak mungkin jadi teman kamu,
lagi pula siapa yang mau berteman dengan kamu?
Kutu loncat tukang caci maki.

Bogor, Agustus 2016





 Yuyun Ambarwanto

Sajak Burung Rimba

Beburung rimba berkicau mencumbui rerimbun alam raya
Seolah pohon, batang, dahan, ranting, dan daun menjadi istana tuk bercengkerama
Mereka berterbangan melintasi cakrawala
Hingga suatu ketika terhenti di sebuah pohon tua
Terbersit olehnya, cerita pohon-pohon cemara
Bertuturlah burung kepada kawannya
Setialah kita pada pasangannya
Ambilah hikmah yang ada di sekeliling kita:
Ibarat dahan tak pernah mengeluh menopang ranting yang kering
Dimana daun justru berselingkuh dengan batang yang lain
“Masih adakah rindu diantara kita?”, tanya akar dalam gamang
Burung pun bergeleng-geleng kepala, sambil merawat rindu yang tak bertepi perihnya

            Wonogiri, 17 Agustus 2016

Bentuk lumbung di Indramayu memiliki khas tersendiri.

Bentuk lumbung di Indramayu memiliki khas tersendiri. Bangunannya tidak terlalu besar hanya berukuran 2 m x 3m lumbung ini hanya untuk persediaan makan keluarga petani. Namun ada juga lumbung desa, lumbung ini pun tidak terlalu besar dan nyaris sama ukurannya hanya biasa berdiri lebih dari satu bangunan untuk membedakan pemilik baran atau peruntukannya. Lumbung di Indramayu biasa dibuat dari bilik bambu dan tidak terlalu kukoh atau memiliki septi keamanan isi lumbung. Pintunya terkadang hanya di kunci palang pintu, tidak terlalu tinggi panggungannya dari tanah sampai lantai lumbung, karenanya tidak digunakan tangga menuju pintu lumbung. Lumbung di Indramayu tidaklah biasa berisi beras atau padi, namun bisa juga buah kelapa, ikan gesek, atau pun jagung tergantung keperluan pemiliknya.
Lumbung kemudian banyak dimanfaatkan dibuat untuk kandang ayam dikarenakan musim paceklik. Demikian lumbung masyarakat desa di Indramayu biasa berada di pekarangan rumah atau sekitar rumah dimaksudkan agar selalu terkontrol oleh majikannya. (rg bagus W)

Sambut Hari Jadi Indramayu 7 Oktober 2016, Berokan Sudah Semakin Langka


4o th lalu Seni pertunjukan Berokan tradisional daerah Indramayu sering dijumpai di desa-desa. Grup seni berokan ini sering digunakan dalam acara-acara adat dan juga mengamen keliling. Berokan ini bentuknya adalah kedok harimau/macan dengan baju karung goni untuk menutup seluruh tubuh pemainnya. Sedang penglihatan pemain berokan dari karung itu atau dari mulut harimau. Sedang kedoknya tidak dipakai pada muka pemain tetapi dipegang sehingga kepala harimau itu bisa digerakan menari. Daerah-daerah berokan ini berasal dari Jatibarang, Hargeulis, Bangodua, dan sebagian kecamatan Lohbener dan Losarang.
Kini sudah jarang sekali berokan muncul di Indramayu.

Mari berpuisi bersama, untuk dinikmati bersama, dengan kemampuan bersama untuk sastra Indonesia.

Saya bayangkan beberapa penyair menulis puisi tentang binatang-binatang imajinatif ( misal Derabat, burung raksasa khayalan Budi Darma; juga Kappa, semacam Derabat yang telah menjadi mitos bertahun-tahun di Jepang; Yeti di Nepal ) yang dapat menggugah daya imajinasi pembacanya dan merangsang imajinasi lain untuk bidang-bidang lain.
Betapa berharganya puisi-puisi ini bagi pelajar dan generasi sesudah kita karena telah memberikan pemahaman anatomis, filosofis dan simbolis tentang sebuah kota, negara, atau benda (Hasan Bisri Bfc).

Jumat, 02 September 2016

40 th lalu di Indramayu Masih Ada yang Menggunakan Penumbuk Padi


 

40 tahun lalu pabrik penggilingan padi masih jarang, petani Indramayu banyak yang menggunakan alat penumbuk padi berupa lumang dan alu , alat penumbukpadi tradisional. Alunya terbuat dari kayu petai cina (bendara) yang sudah memiliki galing /tua.Sedang lumpangnya terbuat dari batu kali yang biasa dibeli dari pengrajin di daerah/kota pegunungan (kuningan/majalengka) . Biasanya masyarakat menumbuk padi secara bersama-sama atau keluarga kecil setiap kali beras habis dan persediaan gabah mencukupi.
Kini pengguna alat penumbuk padi sudah langka, jika ada hanya untuk menumbuk bumbu orang hajatan atau menumbuk nasi ketan untuk dibuat makanan gemblong, atau lainnya. alat penumbuk padi ini adalah peninggalan ibu mertua doeloe dan asih terdapat di gubuk sanggaraku.
(rg bagus warsono)

Selasa, 23 Agustus 2016

Muakrim M Noer Soulisa Sesekali Cobalah Jadi Binatang



Muakrim M Noer Soulisa

Sesekali Cobalah Jadi Binatang

Sesekali cobalah hidup di lautan
Berenang di palung yang paling palung
Menghindari pukat bertaring
antara karang karang sampah
hiu hiu baja juga lembar surat penguasa
Bisakah kau terbiasa?

Sesekali jadilah liar di hutan
Berburu di  rimba yang paling rimba
Antara sawit dan tapal batas terkikis
Liarlah bersama auman predator kotor
juga hewan hewan baja
Bisakah kau terbiasa?

Sesekali cobalah menari angkasa
Bercinta di mendung yang paling mendung
Antara awan kelam dan asap asap gelap
menarilah bersama hujan
kemarau
serta panas surya
Bisakah Kau terbiasa?

Sesekali cobalah jadi binatang
Bisakah?

Pulau Buru, 11 Agustus 2016

Refa Kris Dwi Samanta Anjing Dalam Sangkar




Refa Kris Dwi Samanta
Anjing Dalam Sangkar


Aku tercipta sebagai anjing
Yang hidup di sebuah dunia berukuran 2 x 2 meter
Dimana cakrawala tidak akan terlihat indah dilihat dari sudut manapun
kadang-kadang
Yang sering adalah nasi basi dengan kuah sup yang sudah agak kecut
Siapa gerangan yang dapat mendengar rintihan perut seekor anjing
sementara dunia tuanku begitu gaduhnya

Aku lebih suka dipukuli hingga mati
Daripada terkurung sepanjang hari sampai mati

Dalam benakku aku bertanya
Apakah aku akan mendapat pertolongan Tuhan, jika aku tetap bersyukur meski tuanku tidak memberiku makan?
Apakah aku akan mendapat pertolongan Tuhan, jika aku tetap berdoa meski perutku sedang keroncongan?

Wahai Penciptaku yang agung
Apakah seekor anjing diperbolehkan menghuni surga?
Karena jika boleh
Pastilah aku akan sangat bersukacita
Karena disana aku hanya akan bertemu dengan orang baik

Wahai Penciptaku yang Maha Kasih
Semoga Engkau membenarkan pemikiranku ini
Karena tiap malam,aku bermimpi
Sebuah mimpi, juga sebuah pengharapan
Dimana kulihat seorang manusia bercahaya berlari menghampiriku
dengan membawa sebungkus dog food


Aku tercipta sebagai anjing
Yang hidup di sebuah dunia berukuran 2 x 2 meter
Dimana cakrawala tidak akan terlihat indah dilihat dari sudut manapun
kadang-kadang
Yang sering adalah nasi basi dengan kuah sup yang sudah agak kecut
Siapa gerangan yang dapat mendengar rintihan perut seekor anjing
sementara dunia tuanku begitu gaduhnya

Aku lebih suka dipukuli hingga mati
Daripada terkurung sepanjang hari sampai mati

Dalam benakku aku bertanya
Apakah aku akan mendapat pertolongan Tuhan, jika aku tetap bersyukur meski tuanku tidak memberiku makan?
Apakah aku akan mendapat pertolongan Tuhan, jika aku tetap berdoa meski perutku sedang keroncongan?

Wahai Penciptaku yang agung
Apakah seekor anjing diperbolehkan menghuni surga?
Karena jika boleh
Pastilah aku akan sangat bersukacita
Karena disana aku hanya akan bertemu dengan orang baik

Wahai Penciptaku yang Maha Kasih
Semoga Engkau membenarkan pemikiranku ini
Karena tiap malam,aku bermimpi
Sebuah mimpi, juga sebuah pengharapan
Dimana kulihat seorang manusia bercahaya berlari menghampiriku
dengan membawa sebungkus dog food