Senin, 29 Januari 2018

8 Penyair Nasional Dukung Gerakan Makan Ikan

 Wardjito Soeharso, penyair Indonesia senior asal Semarang, ia tidak mengkonsumsi ikan tapi menganjurkan anak-anaknya makan ikan.

Rg Bagus Warsono, Keluarga semua suka ikan, bukan nelayan , tapi cinta nelayan dan ikan
 Syahriannur Khaidir, penyair Indonesia asal Sampang Madura, gemar makan ikan sejak kecil sampai sekarang syukur2 ada yang nlaktir, menjadikan penyair ini kreatif dan cerdas.
Wadie Maharief, penyair Indonesia asal Yogyakarta ini, awet muda berkat makan ikan setiap hari. Ikan menjadikan dirinya produktif dalam menulis, termasuk menulis puisi tentang ikan.
 Iwan Bonick Bonick, penyair Bekasi, memiliki rasa nasionalis yang kuat sehingga menganjurkan pembaca puisinya makan ikan. Dalam antologi ini ia memotret kali Bekasi yang memberi kehidupan nelayan dari ikan.


Wadie Maharief, penyair Indonesia asal Yogyakarta ini, awet muda berkat makan ikan setiap hari. Ikan menjadikan dirinya produktif dalam menulis, termasuk menulis puisi tentang ikan.
Eddy Pramduane, penyair Indonesia asal Jakarta, katanya ikan mahal di Jakarta karena pantai Jakarta tertutup reklamasi, Namun ia berencana membuka restoran ikan di Jakarta. Penyair ini memang piawai sebagai juru masak. 

Sutarso, penyair yang gemar protes tapi gemar makan ikan, asal Sorong Papua, mengawali kariernya di Lumbung Puisi dan kini telah diakui manca negara hingga 5 negara Asean, dan ini tentu berkat makan ikan. 

Mengonsumsi makanan-makanan bergizi tinggi yang berasal dari ikan sangat bermanfaat untuk tubuh terutama untuk meningkatkan kesehatan, itulah sebabnya penyair turut serta dalam menyokong Gerakan Masyarakat Makan Ikan .  Antologi tentang ikan ini ditulis oleh penyairpenyair terkenal Wardjito Soeharso asal Semarang, Syahriannur Khaidir dari Sumenep, Eddy Pramduane dari Jakarta, Wadie Maharief dari Yogyakarta, Fian N dari Flores Nusatenggara, Iwan Bonick dari Bekasi  dan Sutarso dari Sorong Papua serta RgBagus Warsono dari Indramayu.  Penyair kini perlu mendukung program-program yang bernilai positif bagi masyarakat. Kepedulian ini suatu langkah dari kalangan sastra bahwa sastra diyakini bisa tumbuh dimanapun peristiwa, dan tempat.  Dengan antologi Mencari Ikan sampai Papua berarti penyair tidak hanya melulu mengkritisi kehidupan ini tetapi juga mampu mengisi sentuhan-sentuhan pendidikan masyarakat melalui puisi dan dalam hal ini puisi yang bertemakan ikan.   Ternyata puisi mampu mengajak pembacanya untuk memberi apresiasi yang pada gilirannya mampu meniru dan mengimplementasikan apa yang dibacanya. Keyakinan penyair dengan mengedukasi pelajar tetang kegemaran makan
7

ikan. Lewat literasi sastra bukan mustahil,  antologi Mencari Ikan Sampai Papua sedapatnya akan diterima sebagai bacaan bermutu yang memiliki nilai sastra dan edukasi bagi pelajar. Keyakinan yang diutarakan penyair Wardjito Soeharso, Eddy Pramduane, Syahriannur Khaidir, Wadie Maharief, Fian N, Sutarso, Iwan Bonick . Dan  RgBagus Warsono sebagai mentor penggagasnya patut mendapat pujian sebagai langkah maju penyair Indonesia. Gerakan masyarakat makan ikan atau mengkonsumsi ikan pada gilirannya akan melahirkan generasi-generasi yang sehat dan cerdas, sebab ikan diketahui memiliki nilai gizi yang tinggi. Sumbangsih yang diberikan penyair Indonesia lewat buku kumpulan puisi ikan mudahmudahan bermanfaat bagi pembaca di seluruh Tanah Air. Salam dari kami: Wardjito Soeharso, Eddy Pramduane, Syahriannur Khaidir, Wadie Maharief, Sutarso, Fian N, Iwan Bonick , RgBagus Warsono