Jumat, 25 Agustus 2017

Wadie Maharief dalam Kita Dijajah Lagi : Di Negeriku yang Merdeka






Wadie Maharief

Di Negeriku yang Merdeka

di negeriku yang merdeka
kau bebas menawarkan mimpi
agar rakyat kami terlena
kau bangun gedung-gedung
dengan nama asing
kau bangun pabrik-pabrik
modern yang menggoda
kau jual makanan berselera tinggi
dan pakaian mahal
kau tampilkan seni budaya
penuh kebebasan
dan kami ada yang terseret arus
tawaran mimpimu
memaksa diri agar sama
dengan dirimu
kami ada yang cuma melongo
merasa ketinggalan zaman
ada pula yang bingung
resah
merasa terasing di negeri sendiri
di depan mall, showroom mobil, restauran siap saji, kafe dan play station

aku cuma ingat pepata leluhur;
orang bodoh makanannya orang pintar
orang miskin jajahannya orang kaya
orang lemah taklukannya orang kuat

begitulah penjajahan berjubah
pasar bebas dan globalisasi

----- Yogya 22 Agustus 2017


Kamis, 24 Agustus 2017

Eddy Pramduane dalam Kita Dijajah lagi : Puisi Singkat Rakyat



Eddy Pramduane


Puisi Singkat Rakyat

Aku memulung kata
dari dunia maya
kata -kata bijak
kata- kata terinjak

kata- kata halus
kata-kata akal bulus

kata-kata sejuk
kata-kata para perajuk

kata-kata guru
kata-kata lan ditiru

kata-kata pamong
kata-kata cuma omong

kata-kata camat
kata-kata main comot

kata-kata Wakil Rakyat
kata-kata menipu rakyat

kata-kata menteri
kata-kata proyek menanti

kata-kata Presiden
kata-kata senyum Pepsoden

kata-kata Juru bicara kabinet
kata -kata yang menjelimet

kata-kata Jaksa agung
kata-kata pencari untung

kata-kata Hakim Agung
kata-kata siapa yang  digantung

kata-kata Polisi
Kata-kata Anti demontrasi

kata-kata Tentara
kata -kata anti ganti bendera

Kata -kata para pelacur
kata-kata nafsu meluncur

kata-kata pedagang kaki lima
kata-kata Istri dan anak di Rumah

kata-kata Istri di rumah
kata-kata tak boleh kawin dua

kata-kata seniman
kata-kata para pemanis buatan
Kata-kata para pujangga
kita masih dijajah.

Depok, Agustus 2017

Suhendi dalam Kita Dijajah Lagi : Matinya Macan Asia




 Matinya Macan Asia
Aumanmu
Tak terdengar
Di hutan nusantara
Matikah?
Ah, manalah mungkin
Dipanah ia tetap gagah
Ditembak tubuhnya tak koyak
Kemana suaramu!
Atau benar kau sudah mati
Terperangkap jaring laba-laba
Meronta pun tak berdaya
Karena derita sudah naik seleher
2017

                                                         


   Suhendi, lahir di Bekasi 25 September 1986. Aktif bersastra sejak lulus sekolah, puisi-puisinya pernah dimuat di beberapa media massa dan antologi bersama. Podium kumpulan buku puisi tunggalnya terbit tahun 2015.