Senin, 21 Agustus 2017

Marlin Dinamikanto dalam Kita Dijajah Lagi : Hanya Merdeka 20 % Saja





Hanya Merdeka 20 Persen Saja

Marlin Dinamikanto

Saatnya kita bergerak menguliti malam dengan beringas. Saat kedaulatan yang kita gagas ternyata hilang dirampas kawanan begal di tikungan sejarah yang kelam. Kita kasih gunung emas ke Freeport, kita kasih ladang-ladang minyak hitam ke Kaltex. Sudah itu mereka rampas hati dan pikiran kita, bertekuk lutut kepada ribuan tuan Kumpeni di seberang lautan sana.


Benar. Peradaban jalannya memang berkelok, menapak gunung dan ilalang. Kadang menanjak seketika menurun curam. Selalu ada bandit di sana. Membegal di setiap persimpangan sejarah. Acap kali pula diwarnai pertarungan berdarah-darah. Sesama kita bertikai karena hasutan para begal yang tahu kita punya penyakit gampang memuja kesadaran palsu yang dibela dengan sepenuh jiwa


Sebab selalu saja ada mata-mata bandit Kumpeni dalam rombongan yang katanya akan membawa kita ke sebuah kota yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Merekalah yang membegal jalan kita. Di tikungan sejarah kelam yang memori komputer pun enggan mengenang. Bahkan kosa kata itu kita biarkan mengelupas dari ingatan.


Tapi tentu saja, kawan. Kita tak bisa lagi menggunakan peta jalan yang lama. Terlebih ideologi kacamata kuda yang berjalan lempang. Determinan. Pasti akan menabrak dinding-dinding peradaban yang suka atau tidak suka dijaga oleh ribuan bandit Kumpeni yang menjaga habis-habisan kepentingannya. Tol laut tidak akan mudah membinasakan Singapura dan menggantikannya dengan Batam.


Kita memang negara Merdeka. Tapi tidak Merdeka 100 persen seperti kata Tan Malaka. Sebab era sesrawungan global sangat tidak memungkinkan siapapun negara berdaulat utuh tanpa keteguhan sikap dan jiwa. Negeri Paman Sam pun tidak merdeka 100 persen. Sebab kita hidup di lingkungan bangsa-bangsa manusia yang saling membutuhkan.


Tapi setidaknya Amerika Serikat dan banyak lagi negara merdeka di atas 70 persen. Tidak seperti kita. Hanya Merdeka 20 persen saja. Tidak percaya? Ayo hitung siapa penguasa tambang, mineral, perkebunan, keuangan, pabrik-pabrik dan lainnya. Mereka adalah ribuan kumpeni yang enggan tunduk kepada negara yang membatasi keserakahannya.


Kawan, saatnya kita bergerak menguliti malam dengan beringas. Tapi yang kita lawan bukan negara ini negara itu. Bukan bangsa ini bangsa itu yang acap mengecoh kita terbuai kesadaran palsu. Melainkan keserakahan ribuan Kumpeni yang menggurita, bahkan mungkin mereka sembunyi di balik kekuatan yang mengangkangi ratusan negara.


Soldaritas kita, sesama anak manusia yang tertindas di bumi yang sama. Satukan tekad : Ayo bergerak menguliti malam dengan sangat beringas. Rawe-rawe rantas, malang-malang putung, kita berantas keserakahan ribuan Kumpeni yang sudah membelatung.
Martupat, 20 Agustus 2017

Muhammad Ishomyl Fathir Ashoh dalam Kita Dijajah Lagi : Perdamaian





Muhammad Ishomyl Fathir Ashoh

Perdamaian 

Saudaraku
sampai kapan kita terjajah
terjajah akan buruknya moralitas
sampai kapan kita teraniaya
teraniaya akan kurangnya loyalitas
sampai kapan kita tak terasa
tak terasa akan murungnya kualitas
sampai kapan pula kita tak tergugah
tak tergugah akan integritas yang sangat terbatas
Saudaraku
tak ada yang sulit dari kata perdamaian
tak ada yang menakutkan dari kata persaudaraan
dan tak ada yang bisa dibanggakan dari kata balas dendam
pertengkaran dan pertikaian yang sampai saat ini kau lestarikan
Dedikasi pahlawanmu
Eksistensi satriamu
bahkan
konsistensi para pejuang terdahulu
begitu mudahnya kau hapus
dengan bermodalkan kekerasan dan ketidakadilan
hilang sudah harapan bangsa ini
jika saja masih banyak
sara yang berujung Provokasi
Kalimat yang berunsur konfrontasi
Kritikan yang jadi pemicu agitasi
jangan sia siakan perjuangan mereka
tumpah darah
air mata
bahkan sanak dan keluarga
Mereka tinggalkan
tak mereka pedulikan
untuk cita cita yang sangat mulia
cita cita yang semoga tercapai
hanya untuk sang garuda
terbanglah tinggi garuda ku
hingga dunia tau
bahwa negeri kita diciptakan berbeda beda
namun tetap satu
SEKALI MERDEKA TAMBAH MERDEKA
INDONESIA MERDEKA !!

ishomsmkn2@gmail.com




Eri Syofratmin dalam Kita DIjajah Lagi : Peninggalan Kolonial





Eri Syofratmin

Peninggalan Kolonial

Katanya!!
: Kita telah merdeka.
Tapi, Masih saja ujung balansa,
Menyucuk-nyucuk perut kita,
Masih saja peninggalan buruk Kolonial,
Kita bawa-bawa; Upeti dimana-mana,
Adu domba semakin menggila,
Hukum rimba mengisakkan air mata,
Yang berkuasa jadi raja.

Katanya!!
: Kita telah merdeka.
Tapi, Pulau-pulau kecil, masih juga sengsara.
Anak-anak sekolah, dalam suasana bahaya,
Menyeberang arus gelombang ancam raga.
Miris tertoreh, hatiku luka
Pilu ngilu, menyayat jiwa.

Merdeka,
Merdeka, Katanya;
: Lahan rakyat digusur juga.

Merdeka,
Merdeka, Katanya;
: Hak-hak rakyat dimakan juga.

Merdeka,
Merdeka, Katanya;
: Uang rakyat di sunat juga.

Merdeka,
Merdeka, Katanya;
: Kongkalingkong jual tanah persada.

Merdeka,
Merdeka, Katanya;
: Korupsi semakin meraja lela.

Merdeka,
Merdeka, Merdeka...
Katanya,
: Batang kelapaku di panjat juga.

Muara Bungo, 11 Agustus 2017.