Senin, 18 November 2013

kenag-kenangan berfoto

Setiap angkatan mereka membuat kenag-kenangan berfoto rapih dengan duduk rapih sehingga bisa disebutkan siapa siapa dari kiri kekanan, berdiri dan duduk, baris depan, baris kedua dan seterusnya. Guru zaman doeloe betul-betul memiliki nalar berfikir kedepan, ga seperti sekarang , dengar lulus saja corat-coret pilok, maen siram2an minuman, dan membuat pesta yang kurang pantas. apalagi gurunya juga ikut ke acara pesta kelulusan! owalah !

HIS

Guru yang baik itu bangga jika muridnya pintar dan dapat lulus ujian.

Di sekolah kepandaian putri,

Di sekolah kepandaian putri, sekolah perempuan tempo doeloe tak seperti sekolah-sekolah sekrang. Dalam keterbatasan fasilitas Bu Guru tetap bersahaja dan berwibawa

Jangan pernah berfikir, anak-anak tak memiliki masa depan

Jangan pernah berfikir, anak-anak tak memiliki masa depan, di zaman penjajahan saja, yang sudah jelas orang pribumi sulit menjadi pejabat, guru tak berfikir seperti itu. Mereka justru menanamkan cita-cita setinggi bintang di langit

Ketika sekolah menjadi tempat pengungsian

Ketika sekolah menjadi tempat pengungsian, tak menjadi soal , guru justru menjadikan ini sebuah pembelajaran bagi murid2nya yakni penanaman jiwa nasionalisme dan rasa sosial

Pembelajaran di luar kelas

Doeloe juga ada pembelajaran di luar kelas, sebuah pembelajaran langsung, mereka (siswa) bersama bimbingan guru diajak ke nara sumber, langsung, ke lokasi langsung dan melihat langsung. Bukan anak "dicul' (dibiarkan) pergi tanpa bimbingan guru.

Kenang-kenangan berfoto bersama

Kenangan kadang membuat kita haru, namun jadikan kenangan itu sebuah sejarah sebagai cacatan kehidupan di zaman sekarang. Waktu bersama dan saat tak bertemu dan ingin ketemu, foto lama menjadi barang berharga pelaku di gambar-nya

Guru harus bangga dengan lembaganya

Bapak Ibu Guru ini bangga dengan lembaga pendidikannya, sudah selayaknya mereka menepuk bahu dan membusungkan dada. Namun mereka tidak demikian mereka tetap sederhana, bersahaja, dan sesederhana gedung dan lembaganya. Namun bagi yang mengerti pendidikan ini Istimewa.

Mesin tik

Doeloe masih pakai mesin tik , tapi laporan-laporan cepat selesai, sekarang zaman canggih tapi slalu terlambat.

Jangan menyanjung sendiri

Lagu ini yang nyanyi jangan guru, kalau bisa tentara, anggota DPR, Artis, Kary Pertamina , pokoknya jangan guru dan jangan guru nyuruh orang lain menyanyikan. Biarkan mereka menyanjung guru tanpa diperintah dan guru tidak memuji sendiri. Tul ga?

Guru sudah pakai mobil

Guru, sepeda ditaruh dimuseum , ganti mobil, boleh-boleh saja , tapi kalau sekolahnya depan rumah atau cuma 200 m dari rumah pakai mobil nanti muridnya bilang ,"Pak Guru sekarang alergi kalau jalan kaki".

Pendidikan bukan Lembaga Komersial

Persoalannya lembaga pendidikan bukan lembaga komersial, jadi banyak sekolah menggaji guru honorer rendah

SBY tak tahu duduk sebenarnya Guru


Dia tidak tahu guru itu bagaimana. Apalagi hal ketidakadilan dalam lingkungan pendidikan. Di era otonomi guru menjadi bulan-bulanan politik orang yang berkuasa. Yang berprestasi kalah dengan yang memiliki loyalitas tinggi terhadap atasan. Belum lagi ketidak adilan hal perolehan siapa yang dulu mendapatkan tunjangan profesi. Banyak guru baru dua tahun bekerja mendapat tunjangan itu dan banyak sekali yang sudah 'enggal' pensiun belum mendapat tunjangan , PLPG pun baru tahun ini dipanggil.

Guru Olah Raga zaman Doeloe

Di tahun 70-an Pekan Olah Raga (POR) Pelajar betul betul menjadi ajang bergengsi. Tak sedikit atlet POR binaan guru menjadi atlet PON dan atlet SeaGames.
Aku saja sangat aneh jika mengingat guru olah raga zaman dulu, aku yang gemuk kala itu bisa menlompat-tingi 1,60 m

Tanamkan Objek Kongkret

Bukan lagu Kereta api !
'Ular naga panjangnya bulan kepalang....................' Demikian lagu anak anak tempo doeloe , Bukan 'naik kereta api tut-tut tut .............", karena guru zaman doeloe menanamkan objek kongkret bukan hayal
(lihat dua nak yang mengangkat kedua tangannya itu) akan berakhir dengan "ini dianya yang terbelakang..."

Bangku murid zaman Penjajahan

Sampai sekarang belum diketahui apa maksud desain meja belajar (bangku) siswa sesekolah masa penjajahan, baik secara fungsi, psikologis dan kesehatan

Sarjana bak kacang goreng

Ijazah MULO setingkat SMP sudah bukan main hebatnya. Izajah ini sudah mudah menjadi pegawai negeri. Bandingkan sekarang Ijazah sarjana bak kacang goreng sekali diangkat dari satu penggorengan banyaknya minta ampun, dan gosong pula.

Keterlaluan Guru SD buta Ilmu Bumi

Dalam hal buku dan perbukuan, pendidikan masa lalu jauh lebih hebat. Kini gurunya saja tidak dapat menunjukan garis lintang dan garis bujur di globe, keterlaluan !

Kamis, 14 November 2013

Rp 800 M Tambahan Buku Kurikulum (klipping Suara Merdeka Cetak) , 14 Nfember 2014. BOS dihapkan menjadi sumber pendanaan BUKU KURIKULUM 2013

JAKARTA- Pemerintah memastikan pengadaan buku untuk Kurikulum 2013 diserahkan kepada daerah dengan dana bantuan operasional sekolah (BOS) dan dana alokasi khusus (DAK).
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) hanya mengalokasikan bantuan pengadaan buku sekitar Rp 800 miliar.
Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Pendidikan Musliar Kasim menyadari, pengadaan buku kurikulum tidak mungkin ter-cover seluruhnya dengan dana BOS, khususnya untuk SD dan SMP. Sebab selain buku, terdapat sejumlah jenis operasional sekolah yang harus ditanggung dana BOS.
Apalagi, unit cost BOS SD dan SMP masih sangat kecil, yakni Rp 580.000 per siswa per tahun untuk SD dan Rp 710.000 per siswa per tahun untuk SMP. ”Kita transfer sekitar Rp 800 miliar untuk BOS buku SD dan SMP karena BOSnya masih kecil. Kalau SMA BOSnya sudah sekitar satu juta, masih cukup untuk membeli buku kurikulum baru,” ujar Musliar seusai peluncuran buku Menyemai Kreator Perdaban karya Mohammad Nuh, di Jakarta, kemarin.
Menurutnya, penggunaan dana BOS untuk pengadaan buku kurikulum tidak melanggar aturan. Sebab, lanjut dia, dalam petunjuk teknis BOS terdapat item pembelian buku pengayaan.
”Selama ini ada 13 item dalam BOS, termasuk untuk membeli buku. Sekarang item pembelian buku harus untuk membeli buku Kurikulum 2013,” tegas mantan Rektor Universitas Andalas itu.
Tiga Skenario
Seperti diketahui, Kemdikbud telah merencanakan tiga skenario pengadaan buku, pelatihan, dan sejumlah pelaksanan kurikulum baru, yakni dengan dana BOS, DAK, dan DIPA kementerian. Ada sejumlah alasan sehingga dilakukan kebijakan tersebut. Salah satunya, pemerintah enggan dianggap memonopoli proyek pengadaan buku.
”Kami tidak mau pengandaan buku ada di pusat. Kita tidak mau dituduh melakukan pembaruan kurikulum hanya untuk mencari proyek, makanya diserahkan ke DAK dan BOS. Kalau kurang, kita transfer dari DIPA untuk tambahan BOS buku,” terang Musliar.
Selain itu, Kemdikbud juga berharap ada peran aktif dari daerah dalam mengimplementasikan kurikulum baru. Menurutnya, banyak daerah yang ingin mengambil bagian untuk menyukseskan pelaksananaan kurikulum baru.
”Diharapkan banyak daerah berpartisipasi untuk membentuk ownership-nya. Terbukti banyak daerah dan sekolah yang melaksanakan Kurikulum 2013 tanpa diminta,” ungkapnya.
Untuk mempertegas apa saja yang bisa dilaakukan oleh pemerintah daerah untuk menunjukkan kontribusinya, Kemdikbud segera mengeluarkan surat edaran terkait dengan teknis persiapan, pelaksanaan, hingga masalah pendanaan.
”Surat edaran akan terbit pekan ini. Dalam edaran ini kita minta buku itu dicetak dan diadakan melalui tiga sumber, yaitu BOS, DAK, dan DIPA kementerian. Daerah yang tidak punya DAK dapat dialokasikan dari APBD,” jelasnya.
Untuk Tahun Ajaran 2014/2015, Kurikulum 2013 akan diterapkan untuk kelas I, II, IV, V SD, kelas VII dan VIII SMP, serta kelas X dan XI SMA/SMK. Pengadaan buku semester ganjil diharapkan di-cover dana BOS, sedangkan semester genap di-cover melalui DAK. (K32-60)

Rabu, 13 November 2013

Jasamu Guru SDV_0664.MP4

http://www.youtube.com/v/abBABJApxH0?version=3&autohide=1&showinfo=1&autohide=1&autoplay=1&attribution_tag=C0MXQ4r_AHXix1hW7Xc6KQ&feature=share