Jumat, 20 April 2018

Raden Rita Mamimunah dalam Wong Cilik



Raden Rita Mamimunah

Wong Cilik
Hukum buat wong cilik
Pada tahun tahun yang telah lewat
Nenektua duduk di kursi terdakwa inginkan rumah
Nenektua istri pahlawan veteran
Dihadapkan pada aparat hukum dalam usia renta
Kisah kehidupan rakyat kecil
Perempuan diambang senja berjalan tertatih
Dengan beban diatas kepala
Terduduk ditrotoar menghitung ribuan lusuh
Hanya itu yang di dapat
Demo terjadi dimana-mana bikin rakyat resah
Pemikiran-pemikiran belum lagi tuntas
Sampai kapan ?
Sementara ranah prostitusi masih menjadi ajang bisnis
Anak-anak SMA  jual beli sesama mereka
Gaya hidupkah atau himpitan hidup
Kehidupan malam tidak diperkenankan oleh norma manapun
Disatu sisi lendir dan desah nafas masih menjadi penghasilan
Masih tersimpankah norma
Masih ada lagi derita rakyat
Gadis kecil 5 tahun pengamen jalanan
Mencari makan dari satu mobil ke mobil lain
Mengharap recehan jika ada yang iba
Tak ada yang dapat kita lakukan
Selain diam membisu, menatap dengan hati iba
Karena rasa tak dapat diwakili oleh kata
Padang , 5 April 2018

Pranaja Akbar Suranto dalam 50 RIBU



Pranaja Akbar Suranto (Kuningan)

50 RIBU

Di sisi kanan bawah
celana jeans ku
terselip satu sisa nafas
yang setiap saat bisa saja tersublim
oleh guratan keringatku
Aku tahu,,
di setiap hentakan  nafasku
bukanlah gairah berbinar
seperti indahnya warna
yang ada di sisi celana jeans ku
Baeklah,,
ku beri harapan hari ini
untuk tak akan menyentuhnya
karena dia yang terakhir
Dan dia adalah,,
bernilai 50 Ribu saja
Walau angka yang tertera
tak sebanyak angka impian semalam
tapi dia yang mampu mengganjal
batas hari dan batas nafasku

Pranaja Akbar Suranto, santri di pondok pesantren MA. Husnul Khotiomah , Kuningan Jawa Barat.

Astika Elfakhri dalam Smartphone dalam Satire

Astika Elfakhri (Kendari)

Smartphone dalam Satire

apakah lantaran gelombang radio yang lamban
atau karena asap kendaraan yang berlebihan
mereka dibuat gelisah dan kebingungan
mereka berhenti di tengah jalan
mereka tontoni harta benda orang  ludes di tengah kebakaran
seraya mereka hunus ponsel-ponsel canggih
benda yang serakah pada berita dan sensasi
peranti yang sepanjang hari terus memperbarui diri
tapi tak pernah bisa
memperbarui kekolotan mereka terhadap darah dan musibah
mereka sumbat jalan raya
dan secepat cahaya mereka wartakan rekaman bencana
dibumbu kutipan-kutipan ilahi
tanpa menyadari kehadiran mereka menghambat evakuasi
Kampus Baru, 2017